Minggu, 23 Januari 2011

Terpengaruh Cuaca, Harga Padi dan Jagung Turun

TUBAN. kotatuban.com- Cuaca tampaknya belum mau berpihak pada petani. Sejumlah petani yang ditemui kotatuban.com, di sejumlah desa di Kecamatan Merakurak dan Kecamatan Jenu, Minggu (22/1), mengeluhkan rendahnya harga hasil panen mereka.

Menurut pengakuan para petani, harga jagung saat ini hanya Rp 2100 per kg. Bahkan ada yang lebih rendah lagi. Padahal musim panen yang lalu harga masih lumayan bagus, Rp 2800 per Kg.

“Saat ini, kualitas jagung sangat buruk karena cuaca tidak mendukung, sehingga banyak pembeli yang menolak membeli hasil panen petani,” jelas Mochamad Dahlan, petani Desa Senori, Kecamatan Merakurak.

Harga akan lebih rendah lagi, lanjut Dahlan, jika tingkat kekeringannya kurang. Dengan curah hujan yang masih tinggi ini, petani tentu sangat sulit mengeringkan jagungnya. Karena itu Dahlan memprediksi harga akan terus menurun hingga bulan depan.

Kondisi yang sama juga terjadi pada gabah. Dasih, petani di Desa Tasikharjo, Kecamatan Jenu mengatakan, harga gabah kering saat ini anjlok ke angka Rp 2400 per Kg.
Untuk gabah kering giling pun, kata Dasih, harganya tidak terpaut jauh, hanya sebesar Rp 2900 per Kg. “Musim lalu harga gabah kering panen masih Rp 2700, dan kering giling Rp 3000,” Ujarnya.

Senada dengan Dahlan, Dasih juga menyebut bahwa turunnya kualitas gabah kali ini antara lain disebabkan cuaca ekstrim, yakni curah hujan yang masih tinggi menyebabkan banyak tanaman yang terserang penyakit, misalnya penyakit bule pada jagung atau kering daun pada tanaman padi.

Selain itu, akibat masih tingginya curah hujan menyebabkan petani kesulitan untuk mengeringkan gabah. Akibatnya, pembeli banyak yang enggan menerima gabah lantaran masih tingginya kadar air. Kalaupun menerima, harganya tak lebih dari Rp 2400 per Kg, bahkan bisa lebih rendah lagi.

Penderitaan petani semakin sempurna karena hasil panen mereka juga mengalami penurunan kuantitas. Warsito, Kepala Desa (Kades) Sugihan, Kecamatan Merakurak mengatakan, petani di wilayahnya mengalami penurunan kuantitas hasil panen rata-rata 20 hingga 30 persen per hektar.

Jika dalam keadaan normal petani di desa itu mampu menghasilkan 6-7 ton per hektar, musim panen kali ini hanya mampu memperoleh hasil 1,2 – 3 ton per hektar. “ Jagung dan gabah sama, ya sebesar itu hasilnya,” tambah Kades muda tersebut.

Nilai kerugian petani, kata Warsito, bisa mencapai ratusan juta, karena, selain menurunnya kuantitas hasil panen dan harga, petani juga harus menanggung biaya tanam ulang.
Banyak tanaman yang mati lantaran diterjang banjir atau kelebihan air akibat curah hujan tinggi.

Seingatnya, dalam sekali musim tanam tahun ini, sudah tiga kali petani di tempatnya melakukan tanam ulang. “Untuk sekali tanam saja butuh Rp 3 juta per hektar. Kalau tiga kali tanam berapa? Itu baru persiapan lahan dan benih. Belum pupuk dan perawatannya,” terang Warsito.

Terpisah, Kepala Dinas Pertanian, Peternakan dan Kehutanan (DPPK), Ir. H. Koesno Adiwijoto membenarkan adanya penurunan harga jagung dan gabah saat ini. Menurut catatan Koesno, harga gabah kering panen saat ini mencapai Rp 2500-2600 per Kg, sedang untuk kering giling Rp 3800 per Kg. Sementara untuk jagung tercatat Rp 2700 per Kg.

Menurut Koesno, harga tersebut masih wajar. Meski mengaku belum mengetahui secara pasti berapa harga di tingkat petani, Kusno sependapat bahwa penurunan harga tersebut disebabkan mutu hasil panen yang kurang baik. (sudra)

Tidak ada komentar: