Selasa, 28 September 2010

Bupati Dinilai Diskriminatif dalam Penyaluran Bantuan, DPRD Tuban Serukan Dana Jasmas

Bantuan sosial yang diberikan kepada organisasi kemasyarakatan baik untuk fasilitas masjid, pondok pesantren, gereja, musholla, Taman Pendidikan Al Quran (TPQ) dan organisasi sosial kemasyarakatan yang lain senilai 2 milyar 550 juta rupiah yang baru-baru ini dikemas dalam “Safari Ramadhan Bupati” dinilai penuh nuansa politis.

Menurut Saiful Huda, Wakil Ketua F-Gerindra, Hal ini terbukti dengan banyaknya laporan dari masyarakat terkait dengan adanya diskriminasi penyaluran bantuan. Misalnya di desa Margomulyo dan Temayang Kecamatan Kerek, terdapat sebuah masjid yang hingga kini masih berkutat dalam proses pembangunan selama kurang lebih tujuh tahun setiap kali mengajukan bantuan selalu kandas. Anehnya, bangunan musholla dan masjid yang sudah jadi misalnya di desa Margorejo dan Padasan kecamatan Kerek justru dengan mudahnya memeroleh bantuan. Dan masih banyak lagi kasus-kasus serupa di kecamatan-kecamatan lainnya.
Di samping persoalan diskriminasi bantuan, Politisi asal Widang yang saat ini juga menjabat Wakil ketua DPC PKNU Tuban ini juga menilai ada yang tidak beres dengan tim verifikasinya. “Saya juga melihat bahwa tim verifikasi masih jauh dari nilai profesionalitas terbukti dengan banyaknya bantuan yang diduga salah sasaran. Kami Fraksi Gerindra menghimbau agar dalam mendistribusikan bantuan yang bersumber dari dana APBD (yang nota bene adalah uang rakyat Kabupaten Tuban) pemerintah seharusnya bisa berlaku adil dan bijaksana (tidak pilih kasih) serta bertindak profesional agar tidak terkesan adanya pemaksaan praktek-praktek politik yang tidak etis.”

Supaya hal-hal seperti ini tidak terulang beberapa anggota DPRD mengusulkan agar anggota DPRD Tuban diberi hak untuk mengusulkan penyaluran bantuan atau biasa dikenal Jasmas. Bahkan F-Gerindra melalui juru bicaranya, M. Syaroful Minan dalam Pemandangan Umum tentang Raperda P-APBD 2010 dengan tegas mengusulkan dana Jasmas ini. “Kami yakin bila kebijakan ini ditempuh, maka pemenuhan nilai-nilai keadilan akan lebih bisa dirasakan, karena setidak-tidaknya 50 anggota DPRD Kabupaten ini adalah representasi dari seluruh rakyat Kabupaten Tuban.” Ujar Syaroful Minan.

Hal senada dikeluhkan Wakil Ketua FPDIP, M. Abu Cholifah. "Kami berharap jasmas diprogramkan, karena kabupaten lain juga memprogramkan," terang politisi asal Jatirogo ini.

Galang Islah, PKB Malah Pecah

PARTAI Kebangkitan Bangsa (PKB) kembali dilanda kemelut internal. Di tengah upaya melakukan islah (rekonsiliasi) dengan sayap politik warga Nahdlatul Ulama (NU) lain, DPP PKB hasil Muktamar Luar Biasa (MLB) Ancol memberi surat peringatan (SP) kepada sejumlah pengurus DPP PKB yang dianggap sudah tidak sejalan dengan garis partai.
Sekjen Lukman Edy mendapat surat peringatan ketiga (SP3) karena dinilai mbalela terhadap disiplin partai. Konon, Effendi Chorie juga kebagian SP dari DPP PKB. Cuma, pria yang disapa Gus Choi ini baru dapat SP1. Termasuk adik Gus Dur, Lily Wahid juga mendapat SP.

Ketua DPP PKB Abdul Kadir Karding, membenarkan keluarnya surat peringatan terakhir bagi Lukman Edy. Namun secara persis ia mengaku masih akan melakukan pengecekan, karena surat dikeluarkan oleh Ketua Umum DPP PKB Muhaimin Iskandar.

“Benar ada surat peringatan, tapi saya perlu mengecek dulu karena dikeluarkan oleh ketua umum,’’ ujar Abdul Kadir Karding kepada wartawan di Kantor PBNU Jl. Kramat Raya Jakarta Kamis (23/9).

Menurut Karding, surat peringatan itu secara organisatoris satu keharusan untuk menegakkan disiplin organisasi. Bagi kader yang berprestasi mendapat penghargaan, tapi yang tidak mengikuti garis partai harus mendapat sanksi.

“Saya kira ini dilakukan oleh partai mana pun. Bagi yang tidak mengikuti garis partai ya harus diberi sanksi,” ujar Karding.

Dia mengakui soal surat peringatan dikeluarkan untuk Lukman Edy belum dilansir secara resmi oleh DPP ke publik, dan terlebih dulu disampaikan oleh Wakil Ketua Dewan Syuro Lily Wahid. “Ya mungkin karena emosi atau bagaimana sehingga diekspose ke publik terlebih dulu oleh Ibu Lily,”ujarnya.

Namun Karding tidak merinci apa kesalahan atau pelanggaran organisasi yang dilakukan oleh Lukman Edy. Namun yang pasti Lukman Edy sudah lama tidak masuk kantor PKB.

Menurut catatan, keretakan hubungan antara Muhaimin dengan Lukman Edy ketika bergulirnya islah PKB menyusuil surat deklarator KH Muchith Muzadi dan KH Mustofa Bisri (Gus Mus), yang disampaikan oleh Ny Lily Wahid.

Atas dasar surat tersebut, Lukman Edy menggulirkan gagasan “Komite Islah” dengan merangkul kubu PKB Parung dan PKNU. Mantan Meneg Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT) itu menggagas Muktamar Akbar yang bakal diikuti oleh dua kubu ditambah PKNU di semua tingkatan.

Namun gagasan Lukman tidak didukung oleh Muhaimin. Bahkan pihaknya menggagas Komite Rekonsiliasi yang dipimpin Wakil Sekjen Fahmi Faisal. Namun masing-masing justru berjalan sendiri-senidiri, dan pihak Muhaimin menuduh upaya rekonsiliasi yang digagas Lukman untuk menggusur dirinya dari ketua umum.

Sambangi PBNU

Sejumlah petinggi PKB menyambangi kantor PBNU, Kamis (23/9). Secara terang-terangan mereka menyatakan kedatangannya untuk meminta dukungan guna menjalin sinerjitas kerjasama PKB-NU.

Di antara petinggi PKB yang datang adalah Ketua Umum DPP PKB Muhaimin Iskandar, Ketua DPP PKB Abdul Karding, Wakil Sekjen Helmi Faisal, wakil Sekjen Hanief Dhakiri dan lainnya. Sedang dari PBNU tampak Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Sirajd, Sekjen Iqbal Sulam dan beberapa petinggi PBNU lainnya. Pertemuan itu sendiri tertutup bagi pers.
Dikutip dari Duta Masyarakat

Pilkada Tuban: Marwan Saingi Haeny Jadi Cawabup Tuban

TUBAN - Mantan Ketua DPRD Tuban Marwan tidak mau ketinggalan untuk ikut meramaikan pilkada tahun depan. Politisi asal Palang ini mengincar kursi bakal calon (balon) wakil bupati (Wabup) Tuban 2011.

''Saya mendeklarasikan diri untuk maju menjadi sebagai bakal calon wakil bupati Tuban dari Parpol Golkar,'' kata dia kepada Radar Bojonegoro kemarin (28/9).

Marwan beralasan bahwa dalam pesta demokrasi, hak kader partai untuk mencalonkan diri. ''Dalam AD/ART memberikan hak dan kesempatan yang sama kepada semua kader partai untuk ikut berpartisipasi dalam pemilukada Tuban,'' katanya.

Dia mengaku sudah mendapat restu dari para sesepuh Partai Golkar Tuban. Kabar yang berembus, anggota komisi A DPRD Tuban ini bakal bergandengan dengan Setiatjid. Bahkan, kabarnya keduanya sudah menyingkat sebutan Semar yang kepanjangan dari nama Setiatjid-Marwan. Benarkah? Marwan tidak mengelak. ''Ya saya sudah komunikasi dengan beliau (Setiatdjid),'' tuturnya.

Bakal majunya Marwan ini dibenarkan sejumlah mantan kader Partai Golkar Tuban. ''Tiga hari yang lalu, dia sudah menyampaikan kepada kader-kader Partai Golkar,'' kata mantan Pincat Kota Tuban Bambang Sutikno.

Sementara itu, anggota Dewan Penasihat (Wanhat) DPD Partai Golkar Tuban Nasiran ketika dikonfirmasi, mengatakan, bakal majunya Marwan sebagai balon Wabup sah-sah saja. ''Kader muda lebih baik, asalkan membawa perubahan,'' jawab mantan Wakil Ketua DPD Partai Golkar Tuban itu.

Namun, klaim Marwan bakal maju menjadi balon Wabup dari Partai Golkar dibantah Sekretaris DPD Partai Golkar Tuban Rudi Harianto. ''Nggak, nggak ada itu. Yang jelas sampai saat ini dari Golkar hanyalah Bu Haeny (bupati sekaligus ketua DPD Golkar Tuban Haeny Relawati),'' jawab dia singkat.

Sementara itu, Setiatdjid juga membantah adanya komunikasi dengan Marwan. ''Saya belum ada komunikasi dengan Mas Marwan,'' katanya ketika dikonfirmasi lewat ponsel.

Meski demikian, dia mengaku tidak menutup kemungkinan dirinya berpasangan dengan Marwan maupun balon lainnya. Semua itu masih tergantung hasil survei Pusat Studi Demokrasi dan Hak Asasi Manusia (PusdeHAM) tentang figur yang pantas untuk digandeng Setiadjit. ''Jadi, hasil survei PusdeHAM nanti, siapa saja yang satu visi dengan saya, satu hati, dia berpihak pada rakyat, bukan orang yang mencari dengan jabatan,'' katanya. (zak/yan)
(dinukil dari Radar JP Bojonegoro),

Serial Khutbah Jum'at: Memilih Teman Pergaulan

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الْمَحْمُوْدِ عَلَى كُلِّ حَالٍ، اَلْمَوْصُوْفِ بِصِفَاتِ الْجَلاَلِ وَالْكَمَالِ، الْمَعْرُوْفِ بِمَزِيْدِ اْلإِنْعَامِ وَاْلإِفْضَالِ. أَحْمَدُهُ سُبْحَاَنَهُ وَهُوَ الْمَحْمُوْدُ عَلَى كُلِّ حَالٍ. وَأَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ ذُو الْعَظَمَةِ وَالْجَلاَلِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَخَلِيْلُهُ الصَّادِقُ الْمَقَالِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ خَيْرِ صَحْبٍ وَآلٍ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كثيرا. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ، اِتَّقُوا اللهَ تَعَالَى حَقَّ تُقَاتِهِ، حَيْثُ قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
Ma’asyiral muslimin, jama’ah sholat Jum’ah rahimakumullah.
Marilah kita selalu memelihara dan meningkatkan taqwallah, karena dengan taqwa inilah seseorang akan bahagia baik di dunia dan terlebih lagi di akhirat.
Ma’asyiral muslimin, jama’ah sholat Jum’ah rahimakumullah.
Tidak ada seorang manusiapun di muka bumi ini yang dapat hidup tanpa bantuan orang lain. Manusia adalah mahluk sosial yang pasti membutuhkan lingkungan dan pergaulan.
Di dalam pergaulannya tersebut seseorang akan memiliki teman, baik itu di sekolahnya, di tempat kerjanya atau pun di lingkungan tempat tinggalnya. Sehingga tidak bisa disangkal lagi bahwa teman merupakan elemen penting yang berpengaruh bagi kehidupan seseorang.
Islam sebagai agama yang sempurna dan menyeluruh telah mengatur bagaimana adab dan batasan-batasan di dalam pergaulan. Sebab betapa besar dampak yang akan menimpa seseorang akbiat bergaul dengan teman-teman yang jahat, dan sebaliknya betapa besar manfaat yang dapat dipetik oleh seseorang yang bergaul dengan teman yang shalih.
Banyak di antara manusia yang terjerumus ke dalam lubang kemaksiatan dan kesesatan dikarenakan bergaul dengan teman-teman yang jahat dan banyak pula di antara manusia yang mereka mendapatkan hidayah disebabkan bergaul dengan teman-teman yang shalih.
Di dalam sebuah hadits Rasullullah Shallallaahu alaihi wa Salam menyebutkan tentang peranan dan dampak seorang teman:
مَثَلُ الْجَلِيْسِ الصَّالِحِ وَالْجَلِيْسِ السُّوْءِ كَمَثَلِ حَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الكِيْرِ،
فَحَامِلِ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيْكَ أَوْ تُبْتَاعَ مِنْهُ أَوْ تَجِدُ رَائِحَةً طَيِّبَةً
وَنَافِخُ الكِيْرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ أَوْ تَجِدُ مِنْهُ رَائِحَةً خَبِيْثَةً.
“Perumpamaan teman duduk yang baik dengan teman duduk yang jahat adalah seperti penjual minyak wangi dengan pandai besi. Adapun penjual minyak wangi tidak melewatkan kamu, baik engkau akan membelinya atau engkau tidak membelinya, engkau pasti akan mendapatkan baunya yang enak, sementara pandai besi ia akan membakar bujumu atau engkau akan mendapatkan baunya yang tidak enak.” (Muttafaqun ‘Alaih).
Berdasarkan hadits tersebut dapat diambil faedah penting bahwasanya bergaul dengan teman yang shalih mempunyai dua kemungkinan yang kedua-duanya baik, yaitu: kita akan menjadi baik atau kita akan memperoleh kebaikan yang dilakukan teman kita. Sedang bergaul dengan teman yang jahat juga mempunyai dua kemungkinan yang kedua-duanya jelek, yaitu: kita akan menjadi jelek atau kita akan ikut memperoleh kejelekan yang dilakukan teman kita.
Ma’asyiral muslimin, jama’ah sholat Jum’ah rahimakumullah.
Bahkan Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam menjadikan seorang teman sebagai patokan terhadap baik dan buruknya agama seseorang, oleh sebab itu Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam memerintahkan kepada kita agar memilah dan memilih kepada siapa kita bergaul. Dalam sebuah hadits, Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda:
اَلْمَرْءُ عَلَى دِيْنِ خَلِيْلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ.
“Seseorang berada di atas agama temannya, maka hendaknya seseorang di antara kamu melihat kepada siapa dia bergaul.” (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi, Hakim dengan Sanad yang saling menguatkan satu dengan yang lain).
Dan dalam sebuah syair disebutkan:
عَنِ الْمَرْءِ لاَ تَسْأَلْ وَسَلْ عَنْ قَرِيْنِهِ، فَكُلُّ قَرِيْنٍ بِالْمُقَارِنِ يَقْتَدِيْ.
“Jangan tanya tentang seseorang, tapi tanya tentang temannya, sebab orang pasti akan mengikuti kelakukan temannya.”
Demikianlah, karena memang fitroh manusia cenderung ingin selalu meniru tingkah laku dan keadaan temannya.
Para Salafusshalih sering menyampaikan kaidah bahwa:
اَلْقُلُوْبُ ضَعِيْفَةٌ وَالشُّبَهُ خَطَّافَةٌ.
Hati itu lemah, sedang syubhat kencang menyambar.
Sehingga pengaruh kejelekan akan lebih mudah mempengaruhi kita dikarenakan lemahnya hati kita.
Ma’asyiral muslimin, jama’ah sholat Jum’ah rahimakumullah.
Seorang teman memberikan pengaruh yang besar dalam kehidupan kita. Janganlah ia menyebabkan kita menyesal pada hari kiamat nanti dikarenakan bujuk rayu dan pengaruhnya sehingga kita tergelincir dari jalan yang haq dan terjerumus dalam kemaksiatan. Renungkanlah baik-baik firman Allah:
                               
“Dan ingatlah hari ketika orang-orang zhalim menggigit dua tangannya seraya berkata: Aduhai kiranya aku dulu mengambil jalan bersama-sama Rasul. Kecelakaan besar bagiku! Kiranya dulu aku tidak mengambil si fulan sebagai teman akrabku. Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al-Quran sesudah Al-Quran itu datang kepadaku. Dan adalah syetan itu tidak mau menolong manusia.” (Al-Furqan: 27-29).
Lihatlah bagaimana Allah menggambarkan seseorang yang telah menjadikan orang-orang fasik dan pelaku maksiat sebagai teman-temanya ketika di dunia sehingga di akhirat menyebabkan penyesalan yang sudah tidak berguna lagi baginya, karena di akhirat adalah hari hisab bukan hari amal sedang di dunia adalah hari amal tanpa hisab.
Ma’asyiral muslimin, jama’ah sholat Jum’ah rahimakumullah.
Di akhir khutbah ini saya ingatkan kepada para orang tua hendaklah memperhatikan lingkungan dan pergaulan anak-anaknya sebab setiap kita adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban terhadap apa yang dipimpinnya dan orangtua adalah pemimpin terhadap istri dan anak-anaknya.
Ingatlah bagaimana wasiat agung Lukman Al-Hakim di dalam surat Luqman ayat 13-19 ketika mewasiatkan kepada anaknya, di antaranya agar mengikuti dan menempuh jalan orang-orang yang kembali kepada Allah. Merekalah para nabi, syuhada dan shalihin, merekalah uswah dan qudwah dalam segenap aspek kehidupan kita.




أعوذ بالله من الشيطان الرجيم
                               
بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم، ونفعني وإياكم بالأيات والذكر الحكيم وتقبل مني ومنكم تلاوته انه هو السميع العليم وقل رب اغفر وارحم وانت خير الراحمين.




Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْ لاَ أَنْ هَدَانَا اللهُ. أَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ؛ فَيَا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ، اِتَّقُوا اللهَ تَعَالَى حَقَّ تُقَاتِهِ، وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ وَمَلاَئَكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، فقال تعالى: إن الله وملائكته يصلون على النبي ياأيها الذين امنوا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِيْنَ أَجْمَعِيْنَ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنَ الْخَيْرِ كُلِّهِ مَا عَلِمْنَا مِنْهُ وَمَا لَمْ نَعْلَمْ، وَنَعُوْذُ بِكَ مِنَ الشَّرِّ كُلِّهِ مَا عَلِمْنَا مِنْهُ وَمَا لَمْ نَعْلَمْ. اَللَّهُمَّ أَعْتِقْ رِقَابَنَا مِنَ النَّارِ وَأَوْسِعْ لَنَا مِنَ الرِّزْقِ فِي الْحَلاَلِ، وَاصْرِفْ عَنَّا فَسَقَةَ الْجِنِّ وَاْلإِنْسِ يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ يَا ذَا الْجَلاَلِ وَاْلإِكْرَامِ. اَللَّهُمَ أَصْلِحْ أَحْوَالَ الْمُسْلِمِيْنَ وَأَرْخِصْ أَسْعَارَهُمْ وَآمِنْهُمْ فِيْ أَوْطَانِهِمْ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.

Serial Khutbah Jum'at: Kewajiban Mununaikan Sholat

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الْمَحْمُوْدِ عَلَى كُلِّ حَالٍ، اَلْمَوْصُوْفِ بِصِفَاتِ الْجَلاَلِ وَالْكَمَالِ، الْمَعْرُوْفِ بِمَزِيْدِ اْلإِنْعَامِ وَاْلإِفْضَالِ. أَحْمَدُهُ سُبْحَاَنَهُ وَهُوَ الْمَحْمُوْدُ عَلَى كُلِّ حَالٍ. وَأَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ ذُو الْعَظَمَةِ وَالْجَلاَلِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَخَلِيْلُهُ الصَّادِقُ الْمَقَالِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ خَيْرِ صَحْبٍ وَآلٍ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كثيرا. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ، اِتَّقُوا اللهَ تَعَالَى حَقَّ تُقَاتِهِ، حَيْثُ قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ

Ma’asyirol muslimin, Jama’ah shalat Jum’ah rahimakumullah.
Pada kesempatan yang berbahagia ini, saya mengajak kaum muslimin, khususnya diri saya pribadi untuk menambah ketaqwaan kita kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala, yaitu dengan memperbanyak amal ibadah kita sebagai bekal untuk menghadap Illahi Rabbul Jalil. Serta melaksanakan segala perintah dan meninggalkan segala laranganNya.

Ma’asyirol muslimin, Jama’ah shalat Jum’ah rahimakumullah.
Kita hidup bukanlah semata-mata mementingkan urusan dunia, sebab urusan ukrawi adalah lebih penting. Kehidupan dunia terbatas oleh usia dan waktu dan kelak pada saatnya kita akan kembali ke alam yang tiada terbatas oleh masa. Semua amal perbuatan kita selama di dunia akan diminta pertanggungjawabannya.
Kebahagiaan dunia dapat diperoleh melalui keuletan berusaha dan dapat dinikmati hasilnya selagi hidup, baik berwujud materi kebendaan maupun yang hanya dirasakan oleh perasaan batin. Sebaliknya kebahagiaan akhirat tidak nampak sekarang, namun dapat dicapai dengan jalan mengikhlaskan diri dalam Ibadah khusu’ dalam shalat serta menjauhi semua yang dibenci oleh Allah Subhannahu wa Ta'ala .

Ma’asyirol muslimin, Jama’ah shalat Jum’ah rahimakumullah.
Bila suara adzan bergema, membahana membelah dunia untuk menyeru manusia memenuhi panggilan Illahi. Apabila suara adzan masuk ke dalam hati orang yang benar-benar beriman, spontan hatinya akan gemetar dan takut, terbayang segala ke Maha Besaran dan ke Maha Kuasaan Allah Subhannahu wa Ta'ala. Maka dengan hati yang penuh takut dan ikhlas, ia penuhi panggilan dari Allah, ia tinggalkan semua urusan dunia untuk sujud menghadap Illahi. Allah SWT. berfirman:
وَمَا أُمِرُوا إلَّا لِيَعْبُدُ اللهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْن ،حُنَفَاءَ وَيُقِيْمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذلِكَ دِيْنُ الْقَيِّمَة.
Artinya: “Dan tidaklah mereka disuruh, kecuali supaya menyembah Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepadaNya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah yang lurus.” (Al-Bayyinah: 5).
Berbeda sekali dengan orang yang jauh dari hidayah dan taufik Allah Subhannahu wa Ta'ala. Suara adzan dianggapnya sebagai suara yang biasa, gema adzan tak sedikitpun mengetuk hatinya untuk memenuhi panggilan Allah. Ibarat kata, masuk telinga kiri keluar telinga kanan, tanpa memberikan kesan dan bekas sedikitpun juga pada dirinya. Telinganya sudah tuli dengan panggilan Allah, mata hatinya sudah buta dengan seruan adzan. Begitulah hati orang yang sudah tertutup dari Inayah dan Hidayah Allah Subhannahu wa Ta'ala . Allah SWT. berfirman:
فَخَلَفَ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلَوةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ، فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا.
“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, Maka mereka kelak akan menemui kesesatan,.” (Maryam: 59).

Ma’asyirol muslimin, Jama’ah shalat Jum’ah rahimakumullah.
Orang yang sombong, bukan hanya orang yang memamerkan kekayaan, bukan pula orang yang membanggakan jabatan dan sebagainya. Tetapi juga orang yang tidak mengerjakan shalat pun bisa dikatakan orang yang sombong. Mengapa tidak? Bukankah Allah Subhannahu wa Ta'ala, yang telah menjadikan dirinya dari segumpal darah dan daging hingga menjadi manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Maka sudah sepatutnya, kita sebagai manusia harus selalu mengingat dan bersyukur kepada -Nya. Firman Allah Subhannahu wa Ta'ala :
أَقِيْمُوا الصَّلاَةَ لِذِكْرِيْ.
Artinya: “Dirikanlah shalat untuk mengingatku.”
Dari ayat di atas, kita diwajibkan oleh Allah untuk mendirikan shalat dengan tujuan mengingatNya. Karena dengan shalatlah kita mendekatkan diri dan selalu mengingat Allah dalam keseharian kita. Rasulullah SAW. bersabda:
أَرَأَيْتُمْ لَوْ أَنَّ نَهْرًا بِبَابِ أَحَدِكُمْ يَغْتَسِلُ مِنْهُ كُلَّ يَوْمٍ خَمْسَ مَرَّاتٍ هَلْ يَبْقَى مِنْ دَرَنِهِ شَيْءٌ؟ قَالُوْا: لاَ يَبْقَى مِنْ دَرَنِهِ شَيْءٌ. قَالَ: فَذَلِكَ مَثَلُ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ، يَمْحُو اللهُ بِهِنَّ الْخَطَايَا. (متفق عليه).
Artinya: “Apakah pendapat kamu, apabila di muka pintu salah satu rumah kamu ada satu sungai yang kamu mandi padanya tiap hari lima kali. Adakah tinggal olehnya kotoran?” Serentak sahabat menjawab: “Tidak ada, Ya Rasulallah”. Beliau bersabda: “Maka begitu juga perumpamaan shalat lima waktu, dengan itu Allah menghapus kesalahan.” (Muttafaq ‘alaih).

Ma’asyirol muslimin, Jama’ah shalat Jum’ah rahimakumullah.
Sebagai pribadi muslim kita tentu harus selalu menjalankan sholat karena itu adalah kewajiban kita. Dan sebagai orangtua tentu kita harus juga berupaya semaksimal mungkin menjaga agar anak-anak dan keluarga kita tidak lalai atas kewajiban sholatnya.
Orang non Islam tidak akan berani menghancurkan Islam secara terang-terangan. Mereka harus berfikir seribukali untuk menghancurkan mesjid-mesjid tempat ibadahnya kaum muslimin, tetapi dengan akal mereka yang licik, mereka upayakan strategi agar generasi Islam makin jauh lupa terhadap shalat dan kewajiban-kewajiban lainnya. Mereka gencarkan play station, film, sinetron dan tontonan menarik di televisi dan lain sebagainya.
Sekali lagi marilah kita lebih meningkatkan ibadah shalat dengan mengajak anak cucu dengan segenap keluarga agar kita termasuk orang yang memperoleh janji Allah yakni kebahagiaan di dunia dan di akhirat, karena baik buruknya anak-cucu kita tergantung ikhtiar orang tua dalam mendidik dan membinanya.
Mudah-mudahan kita kaum muslimin, selalu diberi Allah petunjuk untuk mengerjakan segala perintahNya dan menjauhi segala laranganNya.

أعوذ بالله من الشيطان الرجيم
وَمَا أُمِرُوا إلَّا لِيَعْبُدُ اللهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْن ،حُنَفَاءَ وَيُقِيْمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذلِكَ دِيْنُ الْقَيِّمَة.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ.











Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْ لاَ أَنْ هَدَانَا اللهُ. أَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ؛ فَيَا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ، اِتَّقُوا اللهَ تَعَالَى حَقَّ تُقَاتِهِ، وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ وَمَلاَئَكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، فقال تعالى: إن الله وملائكته يصلون على النبي ياأيها الذين امنوا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِيْنَ أَجْمَعِيْنَ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنَ الْخَيْرِ كُلِّهِ مَا عَلِمْنَا مِنْهُ وَمَا لَمْ نَعْلَمْ، وَنَعُوْذُ بِكَ مِنَ الشَّرِّ كُلِّهِ مَا عَلِمْنَا مِنْهُ وَمَا لَمْ نَعْلَمْ. اَللَّهُمَّ أَعْتِقْ رِقَابَنَا مِنَ النَّارِ وَأَوْسِعْ لَنَا مِنَ الرِّزْقِ فِي الْحَلاَلِ، وَاصْرِفْ عَنَّا فَسَقَةَ الْجِنِّ وَاْلإِنْسِ يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ يَا ذَا الْجَلاَلِ وَاْلإِكْرَامِ. اَللَّهُمَ أَصْلِحْ أَحْوَالَ الْمُسْلِمِيْنَ وَأَرْخِصْ أَسْعَارَهُمْ وَآمِنْهُمْ فِيْ أَوْطَانِهِمْ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.

Serial Khutbah Jum'at: Mensyukuri Nikmat Allah Ta'ala

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ قَدِيْمِ اْلإِحْسَانِ، ذِي الْعَطَاءِ الْوَاسِعِ وَاْلاِمْتِنَانِ، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَأَشْكُرُهُ عَلَى مَا أَوْلَدَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمِّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللهِ اِتَّقُوا اللهَ تَعَالَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ سُبْحَانَهُ هُوَ الْمُنْعِمُ الْمُتَفَضِّلُ، وَإِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَةَ اللهِ لاَ تُحْصُوْهَا، إِنَّ اْلإِنْسَانَ لَظَلُوْمٌ كَفَّارٌ. وَاللهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُوْنِ أُمَّهَاتِكُمْ لاَ تَعْلَمُوْنَ شَيْئًا لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ.

Ma’asyiral muslimin jama’ah sholat jum’ah rahimakumullah.
Pada kesempatan kali ini tak lupa saya wasiatkan kepada diri saya pribadi dan jama’ah semuanya, marilah kita tingkatkan kualitas iman dan taqwa kita, karena keimanan dan ketaqwaan adalah merupakan bekal yang paling berharga untuk menuju kehidupan di akhirat kelak.
Syukur alhamdulillah pada hari ini kita masih diberi kesempatan berkumpul dan bertatap muka sambil saling mengingatkan, betapa besarnya nikmat-nikmat yang telah dan sementara dianugrahkan Allah SWT. kepada hamba-hambaNya, tidak terkecuali kita yang hadir di tempat yang mulia ini.
Begitu kita bangun pada dini hari tadi, terasa badan jadi bugar, semangat dan tenaga kerja rasanya pulih dan kembali segar, dan ini merupakan salah satu karunia nikmat yang kadang tidak banyak direnungkan dan diperhatikan. Bukankah kita telah merasakan nikmatnya tidur sepanjang malam. Sekujur badan terbujur lemas. Istirahat pulas dalam kondisi tidur adalah karunia Allah yang besar. Kita tentu bisa membayangkan, bila ternyata rasa kantuk tidak kunjung tiba, ini pertanda nikmatnya tidur tidak akan bisa dirasakan, tentunya yang terasa adalah keresahan dan kegelisahan. Ini baru sisi kecil karunia Allah untuk kehidupan umat manusia. Allah SWT. telah berfirman dalam surah Ibrahim ayat 34:

وَإِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَةَ اللهِ لاَ تُحْصُوْهَا. إِنَّ اْلإِنْسَانَ لَظَلُوْمٌ كَفَّارٌ

Artinya: “Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).”

Ma’asyiral muslimin jama’ah sholat jum’ah rahimakumullah.
Walaupun sesungguhnya kita wajib menyadari segala sesuatu yang telah dianugrahkan Allah kepada kita dari berbagai bentuk dan macam nikmat, tapi cobalah kita buktikan Firman Allah tersebut di atas. Marilah kita layangkan pikiran kita ke sekeliling lingkungan, bahwasanya setiap makhluk yang hidup di atas permukaan bumi Allah ini sangat bergantung kepada komponen udara yang telah disediakan oleh Sang Maha Pencipta.
Di dalam komponen udara dijumpai berbagai unsur gas, baik itu gas oksigen, nitrogen, hidrogeen, dan lain-lain. Dari hasil penyelidikan para ilmuan bahwa pada udara tersebut ditemui dalam prosentasi unsur-unsur gas yang seimbang sebagaimana yang diperlukan oleh umat manusia dan makhluk-makhluk lainnya.
Salah satu unsur gas yang sangat berpotensi bagi hidup dan kesehatan manusia adalah gas oxygen. Kebutuhan seorang manusia dalam memenuhi kesehatan memerlukan gas oxygen setiap harinya antara 18-20 %. Allah SWT. telah mengatur sedemikian rupa dengan pasti bahwa di dalam udara yang kita hirup saat ini persis dalam prosentasi antara 18-20 %. Andaikata lebih tinggi dari prosentase tersebut, maka suhu udara akan menjadi panas dan akibatnya mudah terpicu timbulnya kebakaran di mana -mana, dan sebaliknya bila jauh di bawah prosentase tersebut, maka yang akan terjadi adalah manusia akan kesulitan bernafas, tersengal-sengal karena pernafasan kita terganggu oleh zat lemas yang memenuhi lingkungan hidup kita.
Untuk lebih meyakinkan diri kita, apa yang dikemukakan tadi, patutlah diketahui atau kalau ada yang telah mendalami anggaplah kita mengulang kajian lama, bahwa seorang manusia dewasa yang sehat dalam keadaan normal, dalam satu menit kurang lebih 20 kali bernapas. Satu kali bernafas kurang lebih membutuhkan 2 liter udara yang dimasukkan ke dalam rongga-rongga pernapasan, ini berarti dalam waktu satu menit kita pasti akan menghirup kurang lebih 40 liter udara. Jadi, dalam sehari semalam (24 jam) kita pasti mengkonsumsi oksigen murni kurang lebih 11 ribu liter.
Subhanallah, ternyata semua nikmat ini kita dapati secara cuma-cuma alias gratis. Bayangkan, jika oksigen yang kita hirup ini hanya bisa diperoleh dengan cara membeli, tentunya untuk setiap sehari semalam kita harus mengeluarkan uang kurang lebih lebih 700 ribu rupiah atau 22 juta dalam waktu sebulan. Bahkan kalau kita ingin lebih merenunginya lagi, dalam rentang hidup kita selama ini, misalnya 40 tahun, 50 tahun atau 60 tahun, tentunya bisa mencapai puluhan milyar rupiah.
Begitulah memang besarnya nikmat Allah SWT. yang telah dianugerahkan kepada hambaNya. Apalagi ini hanya sebagian kecil dari begitu banyak nikmat-nikmat lainnya yang tak terhitung jumlahnya.
Oleh karena itu dalam surat Ar-rahman, Allah Subhannahu wa Ta'ala mewanti-wanti kepada hambaNya dengan mengulang-ulang sebanyak 31 kali peringatan bagi umat manusia dengan firmanNya:

فَبِأيِّ ءالاَءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ

Artinya: “NikmatKu manakah lagi yang kamu dustakan.”
Ma’asyiral muslimin, marilah kita berupaya untuk pandai-pandai meluangkan waktu merenung sejenak di tengah kesibukan mencari nafkah, betapa besar karunia Allah kepada diri kita, keluarga, kerabat kita, bangsa kita dan hamba Allah pada umumnya.
Sebagai hasil renungan kita atas nikmat ini tentunya menimbulkan kesadaran dari lubuk hati yang dalam, kemudian tertuangkan dalam bentuk syukur, dan rasa syukur ini tidaklah punya arti sama sekali jika hanya dalam bentuk lisan semata. Mensyukuri karunia Allah harus berupa pengakuan hati kepada kebesaran dan keagungan Allah dalam sikap dan tindakan nyata, yaitu dengan meningkatkan ketakwaan kepada Allah, membantu hajat hidup orang-orang yang dalam kesempitan, menghibur orang-orang yang dalam kesedihan, membantu mereka yang membutuhkan pertolongan, meyantuni anak-anak yatim dan lain sebagainya.

Ma’asyiral muslimin jama’ah sholat jum’ah rahimakumullah.
Realisasi rasa syukur tersebut, bukanlah suatu perbuatan yang sia-sia, tapi justru akan kian mempertebal Iman dan Takwa kepada Sang Maha Pencipta, dan yang terpenting kita akan terhindar dari murka dan siksaan Allah seperti FirmanNya dalam surat Al-An’am ayat 46 yang berbunyi:

قُلْ أرَءَيْتُمْ إِنْ أَخَذَ اللهُ سَمْعَكُمْ وَأَبْصرَكُمْ وَخَتَمَ عَلَى قُلُوْبِكُمْ مَنْ إِلهٌ غَيْرُ اللهِ يَأْتِيْكُمْ بِهِ، أُنْظُرْ كَيْفَ نُصَرِّفُ اْلأيَاتِ ثُمَّ هُمْ يَصْدِفُوْن.

Artinya: “Katakanlah, terangkanlah kepadaKu jika Allah mencabut pendengaran dan penglihatan serta menutup hatimu, siapakah tuhan selain Allah yang kuasa mengembalikannya kepadamu? Perhatikanlah bagaimana (Kami) berkali-kali memperlihatkan tanda-tanda kebesaran (Kami) kemudian mereka tetap berpaling juga.”
Satu hal lagi yang lebih membesarkan hati kita yakni adanya jaminan Allah Subhannahu wa Ta'ala bagi hambaNya dengan firmanNya dalam surat Ibrahim ayat 7:
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيْدَنَّكُمْ، وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ.

Artinya: “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu mema’lumkan: Sesungguhnya jika kalian bersyukur niscaya Aku tambahkan bagimu beberapa kenikmatan, dan jika kamu sekalian mengingkarinya ingatlah siksaKu sangat pedih.”
Marilah kita memohon kehadirat Allah Subhannahu wa Ta'ala semoga Allah menjauhkan kita dari perbuatan kufur nikmat dan memberikan limpahan karunia agar kita tetap termasuk dalam golongan orang-orang yang bisa mensyukuri nikmatNya, Amin Ya Robbal Alamien.

أعوذ بالله من الشيطان الرجيم
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيْدَنَّكُمْ، وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِاْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَلَّ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ. وَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْ لاَ أَنْ هَدَانَا اللهُ. أَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ؛ فَيَا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ، اِتَّقُوا اللهَ تَعَالَى حَقَّ تُقَاتِهِ، وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ وَمَلاَئَكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، فقال تعالى: إن الله وملائكته يصلون على النبي ياأيها الذين امنوا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِيْنَ أَجْمَعِيْنَ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنَهُمْ وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِهِمْ وَاجْعَل فِي قُلُوْبِهِم الإِيْمَانَ وَالْحِكْمَةَ وَثَبِّتْهُمْ عَلَى مِلَّةِ رَسُوْلِكَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ وَأَوْزِعْهُمْ أَنْ يُوْفُوْا بِعَهْدِكَ الَّذِي عَاهَدْتَهُمْ عَلَيْهِ وَانْصُرْهُمْ عَلَى عَدُوِّكَ وَعَدُوِّهِمْ إِلهَ الْحَقِّ وَاجْعَلْنَا مِنْهُمْ
Ya Allah, ampunilah kaum mukminin dan mukminat, muslimin dan muslimat, perbaikilah di antara mereka, lembutkanlah hati mereka dan jadikanlah hati mereka keimanan dan hikmah, kokohkanlah mereka atas agama Rasul-Mu saw, berikanlah mereka agar mampu menunaikan janji yang telah Engkau buat dengan mereka, menangkan mereka atas musuh-Mu dan musuh mereka, wahai Ilah yang hak jadikanlah kami termasuk dari mereka.
اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنا دِيْنَنَا الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنا وَأَصْلِحْ لنا دُنْيَانا الَّتِي فِيهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لنا آخِرَتنا الَّتِي فِيهَا مَعَادُنا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لنا فِي كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لنا مِنْ كُلِّ شَرٍّ
Ya Allah, perbaikilah urusan keagamaan kami yang merupakan benteng urusan kami, perbaikilah dunia kami sebagai tempat penghidupan kami, perbaikilah akhirat kami sebagai tempat kembali kami. Jadikanlah kehidupan kami di dunia sebagai tambahan bagi setiap kebaikan. Jadikanlah kematian kami sebagai tempat istirahat bagi kami dari setiap keburukan.
اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْتَعِيْنُكَ وَنَسْتَغْفِرُكَ وَلاَ نَكْفُرُكَ وَنُؤْمِنُ بِكَ وَنَخْلَعَ مَنْ يَفْجُرُكَ، اَللَّهُمَّ إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَلَكَ نُصَلِّى وَنَسْجُدُ وَإِلَيْكَ نَسْعَى وَنَحْفِدُ نَرْجُوْ رَحْمَتَكَ وَنَخْشَى عَذَابَكَ إِنَّ عَذَابَكَ الْجِدَّ بِالْكُفَّارِ مُلْحَقٌ، اَللَّهُمَّ عَذِّبِ الْكَفَرَةَ الذِّيْنَ يَصُدُّوْنَ عَنْ سَبِيْلِكَ وَيُكَذِّبُوْنَ رُسُلَكَ وَيُقَاتِلُوْنَ أَوْلِيَاءَكَ. اَللَّهُمَّ اَهْزِمْهُمْ وَدَمِّرْهُمْ، وَمَزِّقْ جَمْعَهُمْ وَشَتِّتْ شَمْلَهُمْ، وَاجْعَلْ تَدْمِيْرَهُمْ فِيْ تَدْبِيْرِهِمْ.
Ya Allah, kami memohon pertolongan-Mu, meminta ampunan-Mu, sekali-kali kami tidak akan mengkufuri-Mu. Kami sepenuhnya iman kepada-Mu, dan berlepas diri dari siapapun yang durhaka kepada-Mu. Ya Allah, hanya kepada-Mulah kami mengabdi, beribadah dan sujud. Kepada-Mulah kami berlari dan menuju. Kami mendambakan rahmat-Mu, dan takut akan adzab-Mu. Sesungguhnya adzab-Mu yang sungguh-sungguh ditimpakan kepada kaum Kufar itu juga pasti akan ditimpakan kepada yang lain. Ya Allah, adzablah orang-orang Kafir yang telah menghalangi jalan-Mu, mendustakan para rasul-Mu, dan membunuhi para pembela-Mu. Ya Allah, kalahkanlah mereka, hancurkanlah mereka, cerai-beraikanlah persatuan mereka, dan porak-porandakanlah kesatuan mereka. Jadikanlah rencana jahat mereka itu sebagai pembawa kehancuran mereka.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.

Serial Khutbah Jum'at: Kelompok-kelompok manusia di Bulan Ramadhan

الحمد لله الذي جعل الجمعة أفضل الأيام فى الأسبوع واختصه بساعة فيها دعاء مسموع، وقال تعالى (يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ)، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، خلق فسوّى، وقدّر فهدى، له الأسماء الحسنى والصفات العلا، وأشهد أن سيدنا ونبينا محمدًا عبدُ الله ورسوله الحبيبُ المصطفى، والرسول المجتبى، والنبي المرتضى، اللهم صل وسلم على سيدنا محمد وعلى آله الشرفاء، وصحبه الأوفياء، والتابعين ومن تبعهم بإحسان وسار على نهجهم واقتفى، فيا أيها المسلمون اتقوا الله حق تقاته ولا تموتن إلا وانتم مسلمون، اما بعد.
Ma’asyiral muslimin, jama’ah sholat Jum’ah rahimakumullah.
Marilah kita senantiasa meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah SWT. Tidak hanya pada saat susah atau duka saja kita ingat pada Allah SWT, tapi ketika dalam keadaan bahagia juga harus selalu ingat kepada-Nya, agar kita benar-benar termasuk golongan muttaqin.
Hari ini kita masih bisa bertemu dengan bulan Ramadlan. Ini adalah anugrah besar dari Allah SWT yang harus disyukuri, lebih-lebih kita dapat mengisi bulan suci ini dengan serangkaian ibadah, mulai dari puasa, tarawih, tadarrus, shodaqoh dan lain sebagainya.

Ma’asyiral muslimin, jama’ah sholat Jum’ah rahimakumullah.
Manusia dalam menyikapi datangnya bulan Ramadlan seperti yang terjadi sekarang ini setidak-tidaknya ada tiga kelompok.
Pertama, bagi manusia yang tidak mempunyai sinar ketauhidan dalam hatinya, bulan Ramadlan seperti yang terjadi sekarang ini tak ada bedanya dengan bulan-bulan lainnya, sehingga mereka bebas melakukan apa saja, meskipun berupa sesuatu yang bertentangan dengan syari’at Islamsekalipun.
Kedua, Manusia yang tidak mengetahui keistimewaan dan keunggulan bulan Ramadlan. Mereka melakukan ibadah puasa semata-mata karena ikut-ikutan orang lain atau formalitas belaka (bukan atas dorongan iman dan mencari pahala dari Allah). Tetangganya atau teman kantornya sama puasa, maka dia juga berpuasa. Mereka tidak berusaha menyempurnakan ibadah puasa di bulan suci ini dengan rangkaian ibadah-ibadah lainnya, tetapi sebaliknya kerapkali mereka mengisinya justru dengan perbuatan-perbutan yang tercela dan tidak berguna. Barangkali inilah yang disabdakan oleh Rasulullah SAW:
رب صائم ليس له من صيامه إلا الجوع والعطش، ورب قائم ليس له من قيامه إلا السهر (رواه ابن ماجه عن أبى هريرة

"Banyak orang berpuasa akan tetapi tidak mendapat bagian pahala melainkan hanyalah rasa lapar dan dahaga, serta banyak pula orang yang bangun malam akan tetapi tidak mendapat bagian pahala kecuali hanyalah kelelahan dan keletihan". (H.R. Ibnu Majah dari Abi Hurairah)

Ketiga, Manusia yang mengetahui betul keagungan dan keistimewaan bulan Ramadlan dan mereka menyadari adanya keterbatasan kesempatan dan umur seseorang, oleh karenanya walaupun bulan Ramadlan pasti datang setiap tahun, tapi mereka benar-benar menyambut dan menganggap bulan Ramadlan ini adalah yang terakhir, sehingga mereka menjalankan ibadah puasa dengan penuh keimanan dan menyempurnakannya dengan rangkaian ibadah-ibadah lainnya. Mereka sangat khawatir akan berpisah dengan bulan mulia ini, dan jika memang perpisahan itu datang mereka menangis sebagaimana menangisnya bumi, langit dan para malaikat:

ِإذَا كَانَ َاخِرُ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ بَكَتِ السَّمَوَاتُ وَاْلاَرْضُ وِالْمَلاَئِكَةُ مُصِيْبَةً لِاُمَّةِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ قِيْلَ اَيُّ مُصِيْبَةٍ هِيَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم هِيَ ذَهَابُ رَمَضَانَ لِاَنَّ الدَّعْوَاتِ فِيْهِ مُسْتَجَابَةٌ وَالصَّدَاقَةً مَقْبُوْلَةٌ (الحديث)

“Ketika tiba akhir malam Ramadlan, langit, bumi dan malaikat menangis karena adanya musibah yang menimpa umat Nabi Muhammad. (Sahabat) bertanya, “Musibah apakah wahai Rasulullah?” Nabi menjawab, “Berpisah dengan bulan Ramadlan, sebab pada bulan ini doa dikabulkan dan shadaqah diterima.”

Ma’asyiral muslimin, jama’ah sholat Jum’ah rahimakumullah.
Puasa adalah salah satu ujian dari Allah untuk membuktikan keimanan seseorang. Seorang mukmin harus rela menahan diri dari dahaga, lapar dan perbuatan-perbuatan tercela untuk membuktikan pernyataan imannya kepada Allah. Dalam surat Al-‘Ankabut ayat 2 dan 3, Allah menjelaskan bahwa salah satu akibat dari pernyataan iman seseorang, adalah dia harus siap menghadapi ujian yang diberikan oleh Allah SWT. sebagai bukti sejauh mana kebenaran dan kesungguhannya dalam menyatakan iman. Apakah imannya itu betul-betul bersumber dari keyakinan dan kemantapan hati, atau sekadar ikut-ikutan yang tidak tahu arah dan tujuannya?
Allah SWT. berfirman:
 ••     •      •           
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.”


Hadirin jamaah Jum’at yang berbahagia.
Bila kita sudah menyatakan iman dan kita mengharapkan manisnya buah iman yang kita miliki yaitu berupa surga, maka marilah kita bersiap-siap untuk menghadapi ujian berat yang akan diberikan Allah, dan bersabarlah kala ujian itu datang. Allah memberikan sindiran kepada orang-orang yang ingin masuk surga tanpa melewati ujian yang berat.
    •   •      •               •    
Apakah kalian mengira akan masuk Surga sedangkan belum datang kepada kalian (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kalian? Mereka ditimpa malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Kapankah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat”. (Al-Baqarah 214).
Rasulullah SAW. juga telah mengisahkan betapa beratnya perjuangan orang-orang dulu dalam perjuangan mereka mempertahankan iman, sebagaimana dituturkan kepada shahabat Khabbab Ibnul Arats Radhiallaahu anhu.

لَقَدْ كَانَ مَنْ قَبْلَكُمْ لَيُمْشَطُ بِمِشَاطِ الْحَدِيْدِ مَا دُوْنَ عِظَامِهِ مِنْ لَحْمٍ أَوْ عَصَبٍ مَا يَصْرِفُهُ ذَلِكَ عَنْ دِيْنِهِ وَيُوْضَعُ الْمِنْشَارُ عَلَى مِفْرَقِ رَأْسِهِ فَيَشُقُّ بِاثْنَيْنِ مَا يَصْرِفُهُ ذَلِكَ عَنْ دِيْنِهِ. (رواه البخاري).
... Sungguh telah terjadi kepada orang-orang sebelum kalian, ada yang disisir dengan sisir besi (sehingga) terkelupas daging dari tulang-tulangnya, akan tetapi itu tidak memalingkannya dari agamanya, dan ada pula yang diletakkan di atas kepalanya gergaji sampai terbelah dua, namun itu tidak memalingkannya dari agamanya... (HR. Al-Bukhari, Shahih Al-Bukhari dengan Fathul Bari, cet. Dar Ar-Royyan, Juz 7 hal. 202).
Cobalah kita renungkan, apa yang telah kita lakukan untuk membuktikan keimanan kita? Cobaan apa yang telah kita alami dalam mempertahankan iman kita? Apa yang telah kita korbankan untuk memperjuangkan aqidah dan iman kita? Bila kita memperhatikan perjuangan Rasulullah SAW. dan orang-orang terdahulu dalam mempertahankan iman, betapa mereka rela mengorbankan harta, tenaga, pikiran, bahkan nyawa sekalipun. Rasanya iman kita ini belum seberapa bila dibandingkan dengan iman mereka. Apakah kita tidak malu meminta balasan yang besar dari Allah SWT. sementara pengorbanan kita hanya seberapa atau bahkan sedikit pun belum ada?


أعوذ بالله من الشيطان الرجيم
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ، بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم، ونفعني وإياكم بالأيات والذكر الحكيم وتقبل مني ومنكم تلاوته انه هو السميع العليم وقل رب اغفر وارحم وانت خير الراحمين.


Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْ لاَ أَنْ هَدَانَا اللهُ. أَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ؛ فَيَا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ، اِتَّقُوا اللهَ تَعَالَى حَقَّ تُقَاتِهِ، وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ وَمَلاَئَكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، فقال تعالى: إن الله وملائكته يصلون على النبي ياأيها الذين امنوا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِيْنَ أَجْمَعِيْنَ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنَ الْخَيْرِ كُلِّهِ مَا عَلِمْنَا مِنْهُ وَمَا لَمْ نَعْلَمْ، وَنَعُوْذُ بِكَ مِنَ الشَّرِّ كُلِّهِ مَا عَلِمْنَا مِنْهُ وَمَا لَمْ نَعْلَمْ. اَللَّهُمَّ أَعْتِقْ رِقَابَنَا مِنَ النَّارِ وَأَوْسِعْ لَنَا مِنَ الرِّزْقِ فِي الْحَلاَلِ، وَاصْرِفْ عَنَّا فَسَقَةَ الْجِنِّ وَاْلإِنْسِ يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ يَا ذَا الْجَلاَلِ وَاْلإِكْرَامِ. اَللَّهُمَ أَصْلِحْ أَحْوَالَ الْمُسْلِمِيْنَ وَأَرْخِصْ أَسْعَارَهُمْ وَآمِنْهُمْ فِيْ أَوْطَانِهِمْ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.

Serial Khutbah Jum'at: Keunggulan Hari Jum'at

الحمد لله الذي جعل الجمعة أفضل الأيام فىالأسبوع واختصه بساعة فيها دعاء مسموع، وقال تعالى (فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ)، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، خلق فسوّى، وقدّر فهدى، له الأسماء الحسنى والصفات العلا، وأشهد أن سيدنا ونبينا محمدًا عبدُ الله ورسوله الحبيبُ المصطفى، والرسول المجتبى، والنبي المرتضى، صلى الله عليه وعلى آله الشرفاء، وصحبه الأوفياء، والتابعين ومن تبعهم بإحسان وسار على نهجهم واقتفى، ما صُبحٌ بدا وليل سجى، وسلم تسليمًا كثيرًا وكفى،فيا أيها المسلمون اتقوا الله حق تقاته ولا تموتن إلا وانتم مسلمون، اما بعد.
Ma’asyiral muslimin, jama’ah sholat Jum’ah rahimakumullah.
Marilah kita senantiasa meningkatkan nilai ketaqwaan kepada Allah Subhanahu wata’ala dengan segala upaya dan usaha yang sungguh-sungguh.
Tak terasa waktu demi waktu terus berjalan begitu cepat. Dari hari ke hari, minggu ke minggu, bulan ke bulan, dan tahun ke tahun kita lewati begitu saja tanpa manfaat yang banyak kita dapati, kecuali tahu-tahu ternyata umur kita terus bertambah tua seiring perjalanan sang waktu yang tiada henti.
Salah satu hal yang sering kita jumpai tapi sering pula kita lewati begitu saja tanpa ada upaya yang sungguh-sungguh untuk mendapatkan manfaat dan keberkahan darinya adalah hari Jum’at. Rasanya baru kemarin kita menunaikan sholat Jum’ah, tak terasa sekarang kita sudah menunaikan ibadah sholat Jum’ah lagi. Sungguh, Jum’at ke Jum’at seringkali kita jumpai, tetapi kita abaikan keutamaan dan keistimewaan yang ada padanya.

Ma’asyiral muslimin, jama’ah sholat Jum’ah rahimakumullah.
Di antara keistimewaan dan keunggulan hari Jum’at atas hari-hari yang lain adalah:
1. Hari Jum’at adalah hari yang paling mulia.
Sudah menjadi kehendak Allah untuk memuliakan tujuh Nabi dengan tujuh hari yang berbeda-beda. Nabi Musa dengan hari Sabtu, Nabi Isa dengan hari Ahad, Nabi Dawud sengan hari Senin, Nabi Sulaiman dengan hari Selasa, Nabi Ya’qub dengan hari Rabu, Nabi Adam dengan hari Kamis, dan Rasulullah dengan hari Jum’at.

عَنْ أَوْسِ بْنِ أَوْسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ مِنْ أَفْضَلِ أَيَّامِكُمْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فِيهِ خُلِقَ آدَمُ وَفِيهِ قُبِضَ وَفِيهِ النَّفْخَةُ وَفِيهِ الصَّعْقَةُ فَأَكْثِرُوا عَلَيَّ مِنْ الصَّلَاةِ فِيهِ فَإِنَّ صَلَاتَكُمْ مَعْرُوضَةٌ عَلَيَّ قَالَ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَكَيْفَ تُعْرَضُ صَلَاتُنَا عَلَيْكَ وَقَدْ أَرِمْتَ يَقُولُونَ بَلِيتَ فَقَالَ إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ حَرَّمَ عَلَى الْأَرْضِ أَجْسَادَ الْأَنْبِيَاءِ رواه أبو داود
Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya hari-harimu yang paling utama adalah Jum’at. Pada hari itu Adam diciptakan, di hari itu ia meninggal dunia, pada hari itu sangkakala ditiup, maka perbanyaklah sholawat atasku pada hari itu, sebab sholawat kalian ditampakkan kepadaku.” Para sahabat bertanya, “Bagaimana sholawat kami ditampakkan kepada engkau, padahal engkau telah lebur dengan tanah?” Rasulullah menjawab, “Sesungguhnya Allah mengharamkan bumi dari memakan jasad para nabi.” (HR. Abi Dawud).

2. Sholat Jum’at dapat melebur dosa-dosa.
Keutamaan hari Jum’at diantaranya karena pada hari ini terdapat ibadah sholat Jum’at.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ وَالْجُمْعَةُ إِلَى الْجُمْعَةِ كَفَّارَاتٌ لِمَا بَيْنَهُنَّ رواه مسلم
Rasulullah bersabda, “Sholat lima waktu, Jum’at satu sampai Jum’at lain (depan) adalah merupakan pelebur dosa-dosa di antaranya.”

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الْوُضُوءَ ثُمَّ أَتَى الْجُمُعَةَ فَاسْتَمَعَ وَأَنْصَتَ غُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَ الْجُمُعَةِ إِلَى الْجُمُعَةِ وَزِيَادَةَ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ رواه أبو داود
Rasulullah bersabda, “Barangsiapa berwudlu dan memperbaiki wudlunya, lalu datang menuju sholat Jum’ah, mendengar dan secara seksama menyimak khutbah, maka diampuni dosa-dosa yang dilakukan di antara dua Jum’ah dan ditambah tiga hari.”

3. Hari Jum’at adalah hari yang mudah dikabulkan sebuah doa.
Banyak faktor yang dapat mempermudah sebuah doa bisa dikabulkan, yaitu antara lain faktor orangnya yang berdoa, tempat dan waktu berdoa. Dan di antara waktu yang utama dan mudah dikabulkannya doa adalah hari Jum’at.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَكَرَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فَقَالَ فِيهِ سَاعَةٌ لَا يُوَافِقُهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ وَهُوَ قَائِمٌ يُصَلِّي يَسْأَلُ اللَّهَ تَعَالَى شَيْئًا إِلَّا أَعْطَاهُ إِيَّاهُ رواه البخاري ومسلم
Sesungguhnya Rasulullah menyebut hari Jum’at, lalu beliau bersabda, “Di dalam hari Jum’at terdapat waktu yang siapa pun hamba muslim yang meminta dan bertepatan dengan waktu itu, maka doanya pasti dikabulkan.”
Lantas di manakah waktu mustajabah atau saat yang doa dapat mudah dikabulkan itu? Disamarkannya waktu mustajabah itu kemungkinan besar agar supaya seluruh waktu hari Jum’at mendapat perhatian semuanya. Namun ada dua pendapat yang mengatakan bahwa bahwa waktu mustajabah itu adalah waktu antara imam mulai duduk di atas mimbar sampai selesai sholat, dan setelah sholat Ashar hingga terbenamnya matahari.

Jama’ah sholat Jum’ah yang dimuliakan Allah
Sebagian keistimewaan dan keagungan hari Jum’at ini kiranya cukup menjadi motivasi atau pendorong bagi kita semua untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap hari Jum’at dengan memperbanyak ibadah kepada Allah Subhanahu wata’ala.
Jika pada enam hari yang lalu kita ternyata lebih banyak berkonsentrasi pada urusan duniawi, maka pada hari yang paling mulia ini, yaitu mulai dari terbenamnya sang surya pada hari Kamis hingga terbenamnya matahari pada hari Jum’at, kita harus lebih menitikberatkan pada kegiatan-kegiatan ukhrowi.
Artinya, marilah kita jadikan hari Jum’at sebagai hari libur umat Islam dari berbagai kesibukan duniawi, sebagaimana kaum Yahudi dan Nasrani mampu menjadikan hari besar mereka yaitu Sabtu dan Minggu sebagai hari libur. Sebab dengan menjadikan hari Jum’at sebagai hari libur dari urusan-urusan dunia, kita berkesempatan mendapatkan pahala yang sangat besar dan menggiurkan. Rasulullah bersabda:

مَنْ اغْتَسَلَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَغَسَّلَ وَبَكَّرَ وَابْتَكَرَ وَدَنَا وَاسْتَمَعَ وَأَنْصَتَ كَانَ لَهُ بِكُلِّ خُطْوَةٍ يَخْطُوهَا أَجْرُ سَنَةٍ صِيَامُهَا وَقِيَامُهَا رواه الترميذي

“Barangsiapa membasuh kepala dan seluruh tubuhnya pada hari Jum’at, lalu secepatnya berangkat (menuju Jum’ah) hingga bisa dekat dengan imam dan bisa mendengar serta memperhatikan khutbah dengan seksama, maka setiap ayunan langkahnya mendapat pahala amal setahun (yang berisi) puasa serta sholat malamnya.”
Oleh karenanya para sahabat Nabi tidak pernah makan dan tidur siang sebelum selesai mereka menunaikan sholat Jum’at, sebagaimana hal itu dikisahkan oleh Sahl bin Saad.

عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ مَا كُنَّا نَتَغَذَّى فِي عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَا نَقِيلُ إِلَّا بَعْدَ الْجُمُعَةِ رواه الترميذي
“Pada masa Rasulullah, kami tidak pernah makan atau pun tidur siang, kecuali setelah sholat Jum’at.”
Hal ini menunjukkan bahwa para sahabat Nabi itu sejak pagi-pagi telah bersiap-siap untuk pergi ke masjid. Sejak pagi hari hati mereka telah dipenuhi dengan semangat menyongsong keutamaan bergegas menuju sholat Jum’at (Bakuur).
Para sahabat baru menyibukkan diri dengan urusan-urusan duniawi ketika ibadah sholat Jum’at sudah usai. Hal ini sesuai dengan apa yang telah difirmankan oleh Allah:
فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” (QS. Al Jumu’ah: 10).
وروي عن بعض السلف أنه قال: من باع واشترى في يوم الجمعة بعد الصلاة بارك الله له سبعين مرة.
Sebagian ulama salaf berkata, “Siapa yang melakukan jual beli pada hari Jum’at setelah sholat Jum’at, maka Allah memberi berkah tujuh puluh kali kepadanya.”

Jama’ah sholat Jum’ah yang dimuliakan Allah
Mengenai keberadaan hari Jum’at sebagai hari libur bagi umat Islam sebenarnya diperkuat oleh fakta sejarah, di mana hari itu telah menjadi hari libur sejak lama. Disebutkan bahwa orang pertama kali yang menamakan hari Jum’at adalah Ka’ab bin Luayyi, sebab pada hari itu orang-orang Quraisy berkumpul di rumahnya. Dalam riwayat lain, nama Jum’at baru muncul setelah kedatangan agama Islam. Sebelum dinamakan Jum’at, hari itu dikenal di kalangan Arab dengan nama Aruubah.
Dengan menjadikan hari Jum’at sebagai hari libur dari kegiatan-kegiatan duniawi dan memenuhinya dengan aktifitas ukhrowi, berarti umat Islam telah mengikuti tradisi untuk berbeda dengan kaum Yahudi dan Nasrani. Hal ini ternyata juga sejalan dengan apa yang telah dilakukan oleh Rasulullah yang juga menginginkan adanya perbedaan formalitas umat Islam dengan Yahudi dan Nasrani. Yaitu ketika baru datang di Madinah, beliau dan seluruh orang yang beriman masih sholat menghadap ke Baitul Maqdis, tetapi ketika menyaksikan bahwa Yahudi juga menghadap ke arah yang sama, maka beliau sangat berkeinginan agar qiblat umat Islam dipindahkan. Akhirnya turun Surah Al Baqoroh ayat 144 yang memerintahkan umat Islam berpindah arah qiblat ke Masjidil Haram. Sikap ingin berbeda dari Yahudi dan Nasrani juga ditampilkan oleh Rasulullah dalam bentuk anjuran agar umat Islam tidak hanya berpuasa tanggal 10 Muharram saja (Asyura), sebab kaum Yahudi juga berpuasa pada hari yang sama. Agar berbeda, Rasulullah juga menganjurkan umat Islam berpuasa satu hari sebelumnya (Tasu’a), Mudah-mudahan kita semua tergolong sebagai orang yang mampu memanfaatkan keutamaan-keutamaan pada hari Jum’at dengan sebaik-baiknya. Amin ya Robbal ‘alamin.

أعوذ بالله من الشيطان الرجيم فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ، بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم، ونفعني وإياكم بالأيات والذكر الحكيم وتقبل مني ومنكم تلاوته انه هو السميع العليم وقل رب اغفر وارحم وانت خير الراحمين.

Serial Khutbah Jum'at: Jelang Idul Adha

الحمد لله الذي جعل الجمعةَ أفضلَ الأيَّامِ فِىالأُسْبُوع واخْتَصَّه بساعة فيها دعاء مسموع، وقال تعالى (إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ، فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ، إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ). واشهد ان لا اله الا الله وحده لا شريك له شهادة انجُو بها من عذاب النار، واشهد ان محمدا عبدُه ورسولُه افضلُ منْ صلَّى ونحَر وحجَّ واعتمَر، نبيٌّ غفَرَ اللهُ ما تقدم من ذنبه وما تأخر. اللهم صلِّ وسلِّمْ على سيدنا محمدٍ عبدِك ورسولِك وعلى الِه واصحَابِه الذين اذْهَب اللهُ عنهم الرِّجْسَ وطهَّر، فيا أيها المسلمون اتقوا الله حق تقاته ولا تموتن إلا وانتم مسلمون، اما بعد.

Ma’asyiral muslimin, jama’ah sholat Jum’ah rahimakumullah.
Marilah kita senantiasa meningkatkan nilai ketaqwaan kepada Allah Subhanahu wata’ala dengan segala upaya dan usaha yang sungguh-sungguh, agar kita benar-benar menjadi bagian dari golongan al muttaqin.

Ma’asyiral muslimin, rohimakumullah.
Hari ini kita sudah memasuki bulan Dzul Hijjah, bulan yang dimuliakan Allah dan Rasul-Nya. Bulan menunaikan ibadah haji sebagai rukun Islam yang kelima. Bulan dikabulkannya doa dan hajat kita. Bulan Dzul Hijjah ini adalah salah satu dari empat bulan yang telah ditetapkan oleh Allah sebagai bulan-bulan mulia.
Allah Subhanahu wata’ala telah berfirman:
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ
“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu.” (QS. At Taubah:36).

Ma’asyiral muslimin, jama’ah sholat Jum’ah rahimakumullah.
Salah satu hal yang meneguhkan kemulian bulan Dzul Hijjah adalah di samping sebagai bulan menunaikan ibadah haji, dalam bulan ini ada serangkaian ibadah yang antara lain adalah:
Pertama, puasa sunnah Arafah tanggal 9 Dzul Hijjah. Rasulullah SAW. bersabda:
صَوْمُ يَوْمِ عَرَفَةَ يُكَفِّرُ سَنَتَيْنِ مَاضِيَةً وَمُسْتَقْبَلَةً
“Puasa hari Arafah itu menghapus dosa-dosa dua tahun yang telah lewat dan yang akan datang.” (HR. Imam Ahmad).
Kedua, Menunaikan sholat Idul adha pada tanggal 10 Dzul Hijjah. Adapun waktunya adalah mulai munculnya matahari sampai dengan condongnya matahari ke barat (zawal). Namun sholat Idul Adha ini disunatkan untuk tidak diakhirkan, agar masyarakat bisa secepatnya melakukan penyembelihan binatang qurban.
Ketiga, membaca takbir dari mulai terbenamnya matahari pada malam hari raya Idul Adha sampai naiknya imam ke mimbar untuk melakukan khutbah. Takbir ini sunnah dilakukan di mana saja, baik di masjid, jalan raya, rumah, pasar dan di tempat-tempat lainnya. Dan takbir ini biasa disebut takbir mursal.
Keempat, membaca takbir setiap kali sehabis sholat maktubah dan sholat sunnah, mulai dari habis melakukan sholat ‘Id sampai dengan sholat Ashar pada tanggal 13 Dzulhijjah. Dan takbir ini biasa disebut takbir muqayyad.
Kelima, Menyembelih binatang qurban seperti kambing, sapi, atau unta, mulai tanggal 10 Dzulhijjah sesudah khutbah shalat Idul Adha sampai dengan 3 hari berikutnya yang disebut hari-hari Tasyriq (tanggal 11,12 dan 13 Dzulhijjah).
Allah SWT. berfirman:
إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ، فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ، إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ
“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu ni`mat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus.” (QS. Al Kautsar: 1-3).

Ma’asyiral muslimin, jama’ah sholat Jum’ah rahimakumullah.
Hari raya Idul Adha atau Idul Qurban yang enam hari lagi kita jumpai adalah hari penuh hikmah dan pelajaran bahwa hidup adalah pengorbanan yang mendekatkan manusia kepada Tuhannya, sesuai dengan makna harfiyah qurban itu sendiri, yaitu dekat (qoruba – yaqrubu – qurbanan).
Tujuan hidup manusia adalah kebahagian, yaitu kebahagiaan lahir dan batin, dunia dan akhirat. Tentu saja kebahagiaan manusia tidak terwujud begitu saja. Kebahagiaan tidak diberikan Allah SWT. kepada manusia secara gratis. Kebahagiaan hanya bisa diperoleh melalui perjuangan. Tidak ada usaha, tidak ada pahala. Dan memang manusia tidak akan mendapat apa-apa kecuali yang ia usahakan. Allah SWT. mengajarkan kita dalam kitab suci:
أَمْ لَمْ يُنَبَّأْ بِمَا فِي صُحُفِ مُوسَى، وَإِبْرَاهِيمَ الَّذِي وَفَّى، أَلَّا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى، وَأَنْ لَيْسَ لِلْإِنْسَانِ إِلَّا مَا سَعَى، وَأَنَّ سَعْيَهُ سَوْفَ يُرَى، ثُمَّ يُجْزَاهُ الْجَزَاءَ الْأَوْفَى،
“Ataukah belum diberitakan kepadanya apa yang ada dalam lembaran-lembaran Musa?, dan lembaran-lembaran Ibrahim yang selalu menyempurnakan janji?, (yaitu) bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain, dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. Dan bahwasanya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya). Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna.” (QS. An Najm: 36-41).
Itulah ajaran Allah, Tuhan yang Maha Esa, Pencipta alam raya dan umat manusia. Ajaran untuk semua manusia di mana saja dan kapan saja. Ajaran yang disampaikan kepada Rasul dan para Nabi. Yaitu manusia harus berusaha. Tidak bakal ada perolehan tanpa kerja dan perbuatan. Tidak ada kebahagiaan tanpa derita usaha dan pengorbanan. Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian. Di sinilah Nabiyullah Ibrahim memberikan suri tauladan yang tiada bandingan. Di sinilah Nabi Ibrahim memberikan teladan bagaimana berkorban.
Nabi Ibrahim AS. rela mengorbankan putranya, Isma’il demi mengikuti perintah Allah SWT. Nabi Ibrahim teladan umat manusia dalam semangat berkorban. Ia pasrah kepada Allah SWT. Ia yakin Tuhannya hanya menghendaki kebaikan. Ia percaya bahwa Allah tidak mungkin menghendaki keburukan. Maka Nabi Ibrahim bersedia melaksanakan perintah Allah, mengorbankan anaknya, Isma’il, lambang kasih sayangnya kepada keturunan.
Isma’il, putra dambaan dalam lanjut usia dan ketuaan. Namun Allah SWT. menghendaki lain. Allah mengujinya melalui percobaan pengorbanan. Allah penentu kebahagiaan dan kesengsaraan. Dan Nabi Ibrahim pasrah dan taat kepada Tuhan. Ia ingkari kesenangan dirinya, demi ridla Sang Maha Pencipta, Ridla ilahi, pangkal kebagiaan abadi.

Ma’asyiral muslimin, jama’ah sholat Jum’ah rahimakumullah.
Dalam meneladani semangat pengorbanan Nabiyullah Ibrahim ini tentu saja kita tidak akan mengorbankan anak kita dan keturunan kita. Kita tidak akan serahkan nyawanya kepada upacara berdarah. Memang bukan itu yang dikehendaki Allah dari hamba-Nya.
Bukanlah Allah ingin menyaksikan bagaimana ayah tega memotong leher anak kandungnya sendiri, keturunan yang menjadi tumpuan kasih sayang. Allah tidaklah berkehendak untuk melihat darah bertumpah dan jiwa seorang manusia melayang. Allah SWT. hanya ingin menguji kesetiaan seorang hamba dan kesungguhannya dalam mencari kebenaran dan ridla Allah SWT. Cukuplah bagi Allah Ta’ala, bahwa Dia telah menyaksikan bagaimana hamba-Nya, Nabi Ibrahim benar-benar hendak melaksanakan perintah-Nya. Dan Allah SWT. pun mencegah Nabi Ibrahim menumpahkan darah anaknya sendiri, Isma’il, kemudian diganti dengan binatang sembelihan yang besar.
Yang penting bukanlah darah yang tertumpah. Maha Suci Allah SWT. dari keinginan dan kehendak melihat kekejaman seorang ayah memotong leher anaknya sendiri. Maha Suci Allah dari keinginan melihat perbuatan sadis dan tak kenal perikemanusiaan seperti praktik pengorbanan manusia masa silam.
Ismail memang diganti dengan binatang sembelihan yang besar, namun nilai pengorbanan beliau tidak berkurang karenanya. Sebab yang penting adalah taqwa yang ada dalam dada Nabi Ibrahim. Yang penting adalah jiwa dan semangat taat kepada Allah SWT. pada diri Nabi Ibrahim. Yang penting adalah sikap tunduk, patuh dan pasrah kepada Allah SWT. pada Nabi Ibrahim.

Ma’asyiral muslimin, jama’ah sholat Jum’ah rahimakumullah.
Kita tentu ingin mengikuti semangat pengorbanan Nabi Ibrahim. Dan semangat pengorbanan itu kita lambangkan dalam ibadah berqurban. Berqurban dengan menyembelih binatang qurban. Bukan untuk sesajen kepada Allah SWT. Berqurban adalah untuk menanamkan rasa taqwa dalam dada kita. Dan memang taqwa itulah yang akan sampai kepada Allah SWT., yang akan diterima sebagai amal kebaikan kita, bukan daging atau darah hewan qurban kita.
Bila semangat ketundukan kepada Allah telah menancap dalam dada, kita akan sanggup menghadapi masa depan dengan keberanian berkorban, berani mengesampingkan kesenangan sesaat, kebahagiaan sementara dan jangka pendek, demi meraih kebahagiaan selamanya, kebahagiaan abadi dan jangka panjang.

أعوذ بالله من الشيطان الرجيم ، إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ، فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ، إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ ، بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم، ونفعني وإياكم بالأيات والذكر الحكيم وتقبل مني ومنكم تلاوته انه هو السميع العليم وقل رب اغفر وارحم وانت خير الراحمين.

Serial Khutbah Jum'at: Akhir Ramadhan

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الْمَحْمُوْدِ عَلَى كُلِّ حَالٍ، اَلْمَوْصُوْفِ بِصِفَاتِ الْجَلاَلِ وَالْكَمَالِ، الْمَعْرُوْفِ بِمَزِيْدِ اْلإِنْعَامِ وَاْلإِفْضَالِ. أَحْمَدُهُ سُبْحَاَنَهُ وَهُوَ الْمَحْمُوْدُ عَلَى كُلِّ حَالٍ. وَأَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ ذُو الْعَظَمَةِ وَالْجَلاَلِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَخَلِيْلُهُ الصَّادِقُ الْمَقَالِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ خَيْرِ صَحْبٍ وَآلٍ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كثيرا. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ، اِتَّقُوا اللهَ تَعَالَى حَقَّ تُقَاتِهِ، حَيْثُ قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ

Ma’asyiral muslimin, jama’ah sholat Jum’ah rahimakumullah.
Marilah kita senantiasa meningkatkan nilai ketaqwaan kepada Allah Subhanahu wata’ala dengan segala upaya dan usaha yang sungguh-sungguh, agar kita benar-benar menjadi bagian dari golongan al muttaqin.

Ma’asyiral muslimin, rohimakumullah.
Tak terasa bulan Ramadlan tahun 1431 hampir berakhir tanpa banyak umat Islam merasa kehilangan dan sedih, karena memang biasanya pengakuan tentang pentingnya sesuatu itu kebanyakan baru muncul pada saat sesuatu itu telah tiada. Ketika sesuatu itu telah berpisah dari kita, biasanya baru terasa ada perasaan kehilangan. Begitu juga halnya dengan nilai pentingnya bulan Ramadlan. Pada saat bulan mulia ini datang, tiada yang ditonjolkan kecuali perasaan biasa-biasa saja. Rasa penyesalan dan kehilangan baru muncul manakala Ramadlan telah purna.
Karena saking penting dan berharganya bulan Ramadlan ini, para malaikat, bumi dan langit menangis ketika bulan Ramadlan akan berakhir.
ِإذَا كَانَ َاخِرُ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ بَكَتِ السَّمَوَاتُ وَاْلاَرْضُ وِالْمَلاَئِكَةُ مُصِيْبَةً لِاُمَّةِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ قِيْلَ اَيُّ مُصِيْبَةٍ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم هِيَ ذَهَابُ رَمَضَانَ لِاَنَّ الدَّعْوَاتِ فِيْهِ مُسْتَجَابَةٌ وَالصَّدَاقَةً مَقْبُوْلَةٌ (الحديث)

“Ketika tiba akhir malam Ramadlan, langit, bumi dan malaikat menangis karena adanya musibah yang menimpa umat Nabi Muhammad. (Sahabat) bertanya, “Musibah apakah wahai Rasulullah?” Nabi menjawab, “Berpisah dengan bulan Ramadlan, sebab pada bulan ini doa dikabulkan dan shadaqah diterima.”

Ma’asyiral muslimin, rohimakumullah.
Yang patut disayangkan ternyata sebagian besar masyarakat kita menunjukkan sikap biasa-biasa saja bahkan masa bodoh terhadap hadirnya bulan mulia ini. Hal ini dapat terbaca dari begitu banyaknya masyarakat yang dengan terang-terangan menampakkan keengganannya dalam melakukan ibadah puasa. Mereka bebas makan, minum dan merokok di depan banyak orang tanpa merasa sedikit pun merasa risih, malu dan berdosa
Nuansa bulan Ramadlan pun makin kurang maknanya oleh keragaman acara di televisi. Memang, harus diakui dalam bulan Ramadlan sajian televisi-televisi tentang keislaman relativ meningkat dibanding bulan-bulan biasa, tetapi hal itu bukanlah sesuatu yang menggembirakan, sebab sejatinya program televisi itu semata-mata hanya mengejar keuntungan. Hal ini dapat dibuktikan, ketika Ramadlan berlalu, maka berakhir pula tayangan-tayangan keislaman seperti itu. Bahkan para artis yang pada bulan Ramadlan tampil sangat religi dengan menutup auratnya, seusai Ramadlan mereka hampir pasti akan kembali ke habitat aslinya, tampil buka-bukaan lagi. Pemandangan seperti ini tentu sangat menyesatkan dan membahayakan terhadap jiwa dan aqidah para generasi muda Islam. Mereka bisa saja salah memahami bahwa ternyata ketaqwaan itu hanya ada di bulan Ramadlan saja, orang wajib menutup aurat hanya ketika ada acara-acara keislaman, di luar itu mereka bebas melakukan apa saja.
Sebagai bagian dari umat Islam kita tentu harus berupaya untuk mencegah agar keadaan seperti gambaran tadi yang sekarang lagi menjangkiti masyarakat secara luas ini tidak semakin merajalela. Dan kami mengajak kepada semuanya khususnya diri saya pribadi, marilah sisa Ramadlan yang tinggal sesaat ini betul-betul dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah.
Bagi yang dapat melaksanakan ibadah puasa dan serangkaian ibadah-ibadah lainnya di bulan ini tentu harus bersyukur kepada Allah SWT, dengan harapan semoga serangkaian ibadah yang dilakukan pada bulan suci ini merupakan proses untuk menjadikannya sebagai manusia yang bertaqwa, sesuai dengan apa yang difirmankan oleh Allah SWT:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (QS. Al Baqarah;183).
Seperti halnya tanah yang bisa bernilai harganya manakala ia telah diproses melalui sebuah pembakaran sehingga menjadi genting atau perkakas rumah tangga lainnya. Tak ubahnya pula dengan besi yang bisa berubah mahal harganya ketika melewati proses pembakaran sehingga berubah menjadi mobil, motor atau produk-produk berharga lainnya. Atau sama halnya dengan ulat berbulu yang asalnya menjijikkan, namun setelah melewati proses bertafakkur dalam kepompong selama 36 hari dia bisa berubah menjadi kupu-kupu yang sangat menarik, berwarna-warni, terbang kian kemari.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah.
Salah satu bentuk ekspresi syukur atas pelaksanaan ibadah di bulan Ramadlan adalah tidak terjadinya kemandekan amal setelahnya karena memang bulan Ramadlan memiliki keterkaitan erat dengan bulan Syawal. Hal ini bisa dibuktikan antara lain dengan anjuran menyusuli puasa Ramadlan dengan puasa enam hari di bulan Syawal. Artinya selepas bulan Ramadlan sebisa mungkin amal seseorang justru harus lebih ditingkatkan. Jika bulan Ramadlan merupakan bulan pembakaran, maka bulan Syawal nanti adalah bulan peningkatan amal sebagaimana makna harfiyahnya masing-masing.
Keterputusan amal bersamaan berlalunya bulan Ramadlan harus benar-benar dihindari. Sebaik-baiknya amal adalah amal yang sambung-menyambung, susul-menyusul dan tidak berhenti di tengah jalan begitu menganggap selesai, hingga datang saat kematian. Allah SWT. berfirman:
فإذا فرغت فانصب
“Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan), maka lanjutkanlah dengan sungguh-sungguh (urusan lain).” (QS. Alamnashrah:7).
Rasulullah SAW bersabda:
أحب الأعمال إلى الله الحال المرتحل أخرجه الترميذي
“Sebaik-baiknya amal bagi Allah SWT adalah begitu selesai (sampai tujuan) segera berangkat lagi.”

أعوذ بالله من الشيطان الرجيم ، يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ ، بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم، ونفعني وإياكم بالأيات والذكر الحكيم وتقبل مني ومنكم تلاوته انه هو السميع العليم وقل رب اغفر وارحم وانت خير الراحمين.






Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْ لاَ أَنْ هَدَانَا اللهُ. أَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ؛ فَيَا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ، اِتَّقُوا اللهَ تَعَالَى حَقَّ تُقَاتِهِ، وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ وَمَلاَئَكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، فقال تعالى: إن الله وملائكته يصلون على النبي ياأيها الذين امنوا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِيْنَ أَجْمَعِيْنَ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنَ الْخَيْرِ كُلِّهِ مَا عَلِمْنَا مِنْهُ وَمَا لَمْ نَعْلَمْ، وَنَعُوْذُ بِكَ مِنَ الشَّرِّ كُلِّهِ مَا عَلِمْنَا مِنْهُ وَمَا لَمْ نَعْلَمْ. اَللَّهُمَّ أَعْتِقْ رِقَابَنَا مِنَ النَّارِ وَأَوْسِعْ لَنَا مِنَ الرِّزْقِ فِي الْحَلاَلِ، وَاصْرِفْ عَنَّا فَسَقَةَ الْجِنِّ وَاْلإِنْسِ يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ يَا ذَا الْجَلاَلِ وَاْلإِكْرَامِ. اَللَّهُمَ أَصْلِحْ أَحْوَالَ الْمُسْلِمِيْنَ وَأَرْخِصْ أَسْعَارَهُمْ وَآمِنْهُمْ فِيْ أَوْطَانِهِمْ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.

Serial Khutbah Jum'at: Keutamaan Bulan Dzul Hijjah

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الْمَحْمُوْدِ عَلَى كُلِّ حَالٍ، اَلْمَوْصُوْفِ بِصِفَاتِ الْجَلاَلِ وَالْكَمَالِ، الْمَعْرُوْفِ بِمَزِيْدِ اْلإِنْعَامِ وَاْلإِفْضَالِ. أَحْمَدُهُ سُبْحَاَنَهُ وَهُوَ الْمَحْمُوْدُ عَلَى كُلِّ حَالٍ. وَأَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ ذُو الْعَظَمَةِ وَالْجَلاَلِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَخَلِيْلُهُ الصَّادِقُ الْمَقَالِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ خَيْرِ صَحْبٍ وَآلٍ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كثيرا. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ، اِتَّقُوا اللهَ تَعَالَى حَقَّ تُقَاتِهِ، حَيْثُ قَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ

Jama’ah shalat Jum’ah rahimakumullah.
Marilah kita senantiasa berusaha meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT baik di saat suka maupun di waktu duka.
Kita saat ini tengah berada pada bulan Dzulhijjah, bahkan tadi pagi kita telah menjalankan ibadah shalat Idul Adha. Dengan demikian berarti kita telah dua bulan keluar dari madrasah Ramadhan, dan kini kita berjumpa dengan tarbiyah Allah SWT yang lain, yakni madrasah Dzulhijjah.
Mengapa disebut madrasah Dzulhijjah? Karena pada bulan ini ada tiga ibadah besar yang sarat dengan nilai-nilai pendidikan; haji, shalat Idul Adha dan qurban.

Jama’ah shalat Jum’ah rahimakumullah.
Saat ini saudara-saudara kita yang menunaikan ibadah haji tengah berada di Mina. Iring-iringan mereka bergerak dengan perlahan, sejak dari Jumratul 'Ula, Jumratul Wustha, hingga Jumratul 'Aqabah. Mereka yang datang dari berbagai penjuru dunia, dengan beragam suku, bangsa, bahasa, dan warna kulit, bersatu padu dengan langkah yang sama untuk memenuhi panggilan Allah Subhanahu wa ta’ala.
Keaneka-ragaman suku, bangsa, bahasa, dan warna kulit itu ternyata tak lagi membedakan mereka, satu sama lain, karena sesungguhnya mereka telah dipersatukan dengan kesatuan aqidah dan hukum yang diturunkan oleh Allah, yang sedang mereka praktikkan dalam manasik haji mereka.
Inilah rangkaian ibadah yang mengandung muatan pendidikan sejarah yang luar biasa. Agar manusia mengambil pelajaran yang tak ternilai dari sana. Bukan hanya bagi mereka yang sudah dipanggil Allah SWT dalam menunaikannya, tetapi juga bagi kita yang belum berkesempatan menjalankan rukun Islam yang kelima.
Diantara pelajaran yang begitu tampak dari ibadah haji adalah pernyataan persamaan derajat manusia di dalam Islam. Islam bukanlah agama yang mempertahankan atau mendukung ketidakadilan atas dasar warna kulit dan suku bangsa. Allah tidak membedakan manusia dari segi hartanya, jabatan dan kekuasaannya. Karenanya berkumpullah jutaan orang di tanah suci, ratusan ribu diantaranya dari Indonesia; mereka setara. Semuanya berbaur menjadi satu sebagai hamba Allah; tak ada bedanya antara presiden dan rakyat biasa, tak ada bedanya antara direktur dan petani-petani desa. Bahkan saat ihram, sekaya dan setinggi apapun jabatan seseorang, mereka semua sama hanya berbalut kain ihram.
Kita pun, yang tidak berada di tanah suci, seharusnya sadar akan hakikat nilai manusia di hadapan Allah SWT. Kita semua sama. Yang membedakan dan membuat seseorang lebih mulia daripada lainnya adalah ketaqwaannya.
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ (الحجرات/13)
Sesungguhnya manusia yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah adalah yang paling bertaqwa. (QS. Al-Hujurat : 13)
Hakikat ini seharusnya tertanam kuat dalam jiwa kita dan menjadi pemicu bagi kita untuk terus meningkatkan ketaqwaan. Sementara banyak orang mengumpulkan bekal untuk kehidupan dunianya, Allah menunjukkan pula kepada kita untuk mempersiapkan sebaik-baik bekal, yakni taqwa.
وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى (البقرة/197)
Dan berbekallah kalian. Sesungguhnya bekal yang terbaik adalah taqwa. (QS. Al-Baqarah : 197)

Jama’ah shalat Jum’ah rahimakumullah.
Selain nilai tarbiyah di atas, haji juga sarat dengan napak tilas sejarah Nabi Ibrahim dan keluarganya. Ka’bah merupakan tempat ibadah yang dibangun pertama kali oleh Nabi Ibrahim. Ia simbol ketauhidan, dan ke arahnya umat Islam berkiblat dalam shalat. Sa’i mengingatkan akan usaha serius istri Nabi Ibrahim yakni Hajar, dalam upaya melahirkan generasi ahli tauhid. Melontar jumrah juga merupakan simbol perlawanan kepada syaitan, yang telah dicontohkan Nabi Ibrahim, dan hingga kiamat nanti statusnya memang tidak pernah berubah; syaitan adalah musuh yang nyata bagi orang yang beriman.
Lebih dari itu, semua ibadah haji merupakan kepatuhan dan ketundukan total kepada Allah sebagai pembuat syariat. Bagaimana petunjuk Allah dalam beribadah, begitulah kita harus mengerjakannya. Bagaimana perintah Allah kepada orang beriman, begitulah ia harus sami’na wa atha’na. Dengan demikian ibadah haji menjadi ibadah yang sangat berat. Selain menyediakan biaya yang sangat besar dan membutuhkan fisik yang prima, kondisi ruhiyah juga harus terjaga selama ibadah ini ditunaikan. Maka, sebanding dengan beratnya kombinasi dari ibadah qalbiyah, ibadah badaniyah, dan ibadah maliyah ini, Allah telah menyediakan balasan yang luar biasa pula:
الْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلاَّ الْجَنَّةُ
Haji yang mabrur, tidak ada balasannya kecuali surga. (HR. Bukhari dan Muslim)

Jama’ah shalat Jum’ah rahimakumullah.
Amal lainnya yang sangat istimewa dan khusus di bulan Dzulhijjah ini adalah qurban. Ibadah qurban ini juga sarat dengan nilai pendidikan. Bahkan sejarah disyariatkannya qurban pada masa Nabi Ibrahim adalah sejarah pengorbanan dan ketaatan. Kita sekarang tidak diperintahkan untuk menyembelih Ismail-ismail kita, tetapi menyembelih kambing, domba, sapi, atau unta sebagai bentuk ketaatan dan pengorbanan kita kepada Allah SWT.
Keutamaan qurban sebagaimana yang disebutkan dalam hadits:

مَا عَمِلَ آدَمِىٌّ مِنْ عَمَلٍ يَوْمَ النَّحْرِ أَحَبَّ إِلَى اللَّهِ مِنْ إِهْرَاقِ الدَّمِ إِنَّهَا لَتَأْتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِقُرُونِهَا وَأَشْعَارِهَا وَأَظْلاَفِهَا وَإِنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنَ اللَّهِ بِمَكَانٍ قَبْلَ أَنْ يَقَعَ مِنَ الأَرْضِ فَطِيبُوا بِهَا نَفْسًا
Tidak ada amalan yang diperbuat manusia pada Hari Raya Kurban yang lebih dicintai oleh Allah selain menyembelih hewan. Sesungguhnya hewan kurban itu kelak pada hari kiamat akan datang beserta tanduk-tanduknya, bulu-bulu, dan kuku kukunya. Sesungguhnya sebelum darah kurban itu mengalir ke tanah, pahalanya telah diterima Allah. Maka tenangkanlah jiwa dengan berkurban. (HR. Tirmidzi)
Semoga Dzulhijjah 1430 ini dapat memberikan pelajaran berharga kepada kita dan semakin mendekatkan kita kepada Allah SWT, sehingga kita memperoleh ridha, rahmat, dan ampuan-Nya.

أعوذ بالله من الشيطان الرجيم
الحَجُّ أشْهُرٌ مَعْلُوْمت، فَمَنْ فَرَضَ فِيْهِنَّ الحَجَّ فَلاَ رَفَثَ وَلاَ فُسُوْقَ وَلاَ جِدَالَ فِي الْحَجّ، وَمَا تَفْعَلُوْا مِنْ خَيْرٍ يَعْلَمْهُ الله، وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى، وَاتَّقُوْنِ يَأُولِى اْلأَلْبب
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ.






Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْ لاَ أَنْ هَدَانَا اللهُ. أَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ؛ فَيَا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ، اِتَّقُوا اللهَ تَعَالَى حَقَّ تُقَاتِهِ، وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ وَمَلاَئَكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، فقال تعالى: إن الله وملائكته يصلون على النبي ياأيها الذين امنوا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِيْنَ أَجْمَعِيْنَ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنَ الْخَيْرِ كُلِّهِ مَا عَلِمْنَا مِنْهُ وَمَا لَمْ نَعْلَمْ، وَنَعُوْذُ بِكَ مِنَ الشَّرِّ كُلِّهِ مَا عَلِمْنَا مِنْهُ وَمَا لَمْ نَعْلَمْ. اَللَّهُمَّ أَعْتِقْ رِقَابَنَا مِنَ النَّارِ وَأَوْسِعْ لَنَا مِنَ الرِّزْقِ فِي الْحَلاَلِ، وَاصْرِفْ عَنَّا فَسَقَةَ الْجِنِّ وَاْلإِنْسِ يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ يَا ذَا الْجَلاَلِ وَاْلإِكْرَامِ. اَللَّهُمَ أَصْلِحْ أَحْوَالَ الْمُسْلِمِيْنَ وَأَرْخِصْ أَسْعَارَهُمْ وَآمِنْهُمْ فِيْ أَوْطَانِهِمْ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.

Serial Khutbah Jum'at: Ujian Iman

Ujian Iman
اَلْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ؛ فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ، اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
Ma’asyirol muslimin, Jama’ah shalat Jum’ah rahimakumullah.
Pada kesempatan yang berbahagia ini, saya mengajak kaum muslimin, khususnya diri saya pribadi untuk menambah ketaqwaan kita kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala, yaitu dengan memperbanyak amal ibadah kita sebagai bekal untuk menghadap Allah SWT. Serta melaksanakan segala perintah dan meninggalkan segala larangan-Nya.

Ma’asyirol muslimin, Jama’ah shalat Jum’ah rahimakumullah.
Kita sebagai ummat Islam sudah sepatutnya senantiasa bermuhasabah (meneliti) atas diri kita masing-masing. Apakah sebagai orang mukmin kita selama ini telah melakukan ketundukan dan kepatuhan secara total kepada Allah?
Sebagai orang yang telah menyatakan beriman kepada Allah tentu kita harus siap untuk tunduk dan patuh terhadap aturan main yang telah ditentukan oleh Allah SWT. Kita harus selalu siap sedia dan berusaha tabah menerima segala macam ujian dan cobaan yang diberikan oleh Allah SWT. Ujian dan cobaan yang diberikan oleh Allah itu bentuknya bermacam-macam, tapi setidak-tidaknya ada tiga macam bentuk, yaitu:
Pertama: Ujian yang berbentuk perintah untuk dilaksanakan, seperti perintah Allah kepada Nabi Ibrahim AS. untuk menyembelih putranya yang sangat ia cintai. Ini adalah satu perintah yang betul-betul berat dan mungkin tidak masuk akal, bagaimana seorang bapak harus menyembelih anaknya yang sangat dicintai, padahal anaknya itu tidak melakukan kesalahan apapun. Sungguh ini ujian yang sangat berat sehingga Allah sendiri mengatakan:
إن هذا لهو البلاء المبين
Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. (Ash-Shaffat 106).
Di sini kita melihat bagaimana kualitas iman Nabi Ibrahim AS. yang benar-benar tahan uji, sehingga dengan segala ketabahan dan kesabarannya perintah yang sangat berat itu pun dijalankan.
Apa yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim dan puteranya adalah pelajaran yang sangat berharga bagi kita yang harus diteladani, karena sebagaimana kita rasakan dalam kehidupan kita, banyak sekali perintah Allah yang kita anggap berat, tapi dengan berbagai alasan kita berusaha untuk tidak melaksanakannya. Sebagai contoh, Allah telah memerintahkan kepada para wanita Muslimah untuk mengenakan jilbab (pakaian yang menutup seluruh aurat) untuk membedakan antara wanita Muslimah dan wanita musyrikah, namun yang kita lihat sekarang ternyata masih banyak wanita Muslimah yang tidak mau memakai jilbab atau sudah mengenakannya tapi tidak sesuai tatacara syariat. Padahal Rasulullah SAW. memberikan ancaman kepada para wanita yang tidak mau memakai jilbab dalam sabdanya:
صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا؛ قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُوْنَ بِهَا النَّاسَ، وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيْلاَتٌ مَائِلاَتٌ رُؤُوْسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لاَ يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلاَ يَجِدْنَ رِيْحَهَا. (رواه مسلم).
“Dua golongan dari ahli Neraka yang belum aku lihat, satu kaum yang membawa cambuk seperti ekor sapi, yang dengan cambuk itu mereka memukul manusia, dan wanita yang memakai baju tetapi telanjang berlenggak-lenggok menarik perhatian, kepala-kepala mereka seperti punuk unta, mereka tidak akan masuk Surga dan tidak akan mencium wanginya”. (HR. Muslim, Shahih Muslim).
Kedua: Ujian yang berbentuk larangan untuk ditinggalkan seperti halnya yang terjadi pada Nabi Yusuf Alaihissalam yang diuji dengan seorang perempuan cantik, istri seorang pembesar di Mesir yang mengajaknya berzina, dan pada saat kesempatan itu sudah sangat terbuka, ketika keduanya sudah tinggal berdua di rumah dan si perempuan itu telah mengunci seluruh pintu rumahnya. Namun Nabi Yusuf Alaihissalam membuktikan kualitas imannya, ia berhasil meloloskan diri dari godaan perempuan itu, padahal sebagaimana pemuda pada umumnya ia mempunyai syahwat dan hasrat kepada wanita. Ini artinya ia telah lulus dari ujian atas imannya.
Sikap Nabi Yusuf Alaihissalam ini perlu kita teladani, terutama oleh para pemuda Muslim di zaman sekarang. Di saat pintu-pintu kemaksiatan semakin terbuka lebar, pelacuran merebak di mana-mana, minuman keras dan obat-obat terlarang sudah merambah berbagai lapisan masyarakat, maka pada saat seperti inilah mental ala Nabi Yusuf Alaihissalam ini perlu ditanamkan dalam dada para pemuda Muslim. Mereka harus selalu siap siaga menghadapi godaan demi godaan yang akan menjerumuskan dirinya ke jurang kemaksiatan. Rasulullah SAW. sendiri telah menjanjikan kepada siapa saja yang menolak ajakan untuk berbuat maksiat, ia akan diberi perlindungan di hari Kiamat nanti.
Ketiga: Ujian yang berbentuk musibah seperti terkena penyakit, kehilangan harta benda, ditinggalkan orang yang dicintai dan lain sebagainya. Sebagai contoh, Nabi Ayyub AS. yang diuji oleh Allah SWT. dengan penyakit yang diderita selama kurang lebih delapan belas tahun, namun di sini Nabi Ayub AS. membuktikan ketangguhan imannya, tidak sedikitpun ia merasa menderita dan tidak pernah terbetik pada dirinya untuk menanggalkan imannya. Iman seperti ini jelas tidak banyak dimiliki oleh saudara-saudara kita yang tega menjual iman dan menukar aqidahnya dengan imbalan secuil harta benda, karena tidak tahan menghadapi kesulitan hidup yang mungkin tidak seberapa bila dibandingkan dengan apa yang dialami oleh Nabi Ayyub AS. ini.
Ma’asyirol muslimin, Jama’ah shalat Jum’ah rahimakumullah.
Bagaimana mungkin kita mengaku sebagai orang beriman, tapi kita tidak siap diuji oleh Allah SWT. Hal ini telah disindir oleh Allah SWT. dalam surah Al-‘Ankabut ayat 2 dan 3:
أحَسِبَ النَّاسُ أن يُترَكَوا أن يقولوا ءامنّا وهم لايفتنون، ولقد فتنّا الذين من قبلهم فليعلمنّ الله الذين صدقوا وليعلمنّ الكاذبين،
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.
Ayat ini menjelaskan kepada kita bahwa salah satu akibat dari pernyataan iman kita, adalah kita harus siap menghadapi ujian yang diberikan oleh Allah SWT. kepada kita sebagai bukti sejauh mana kebenaran dan kesungguhan kita dalam menyatakan iman. Apakah iman kita itu betul-betul bersumber dari keyakinan dan kemantapan hati, atau sekadar ikut-ikutan yang tidak tahu arah dan tujuannya? Dalam ayat lain dijelaskan:
أم حسبتُمْ أن تدخلوا الجنةَ ولماّ يأتكم مثل الذين خَلَوْا من قبلكم، مسّتْهُمُ البأساءُ والضرّاء وزُلْزلوا حتى يقولَ الرسولُ والذين ءامنوا معه متى نصرُ الله، ألآ إنّ نصرَ اللهِ قريب.
Apakah kalian mengira akan masuk Surga sedangkan belum datang kepada kalian (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kalian? Mereka ditimpa malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Kapankah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat”. (Al-Baqarah 214).
Rasulullah SAW. juga telah mengisahkan betapa beratnya perjuangan orang-orang dulu dalam perjuangan mereka mempertahankan iman, sebagaimana dituturkan kepada shahabat Khabbab Ibnul Arats Radhiallaahu anhu.

لَقَدْ كَانَ مَنْ قَبْلَكُمْ لَيُمْشَطُ بِمِشَاطِ الْحَدِيْدِ مَا دُوْنَ عِظَامِهِ مِنْ لَحْمٍ أَوْ عَصَبٍ مَا يَصْرِفُهُ ذَلِكَ عَنْ دِيْنِهِ وَيُوْضَعُ الْمِنْشَارُ عَلَى مِفْرَقِ رَأْسِهِ فَيَشُقُّ بِاثْنَيْنِ مَا يَصْرِفُهُ ذَلِكَ عَنْ دِيْنِهِ. (رواه البخاري).
... Sungguh telah terjadi kepada orang-orang sebelum kalian, ada yang disisir dengan sisir besi (sehingga) terkelupas daging dari tulang-tulangnya, akan tetapi itu tidak memalingkannya dari agamanya, dan ada pula yang diletakkan di atas kepalanya gergaji sampai terbelah dua, namun itu tidak memalingkannya dari agamanya... (HR. Al-Bukhari, Shahih Al-Bukhari dengan Fathul Bari, cet. Dar Ar-Royyan, Juz 7 hal. 202).

Ma’asyirol muslimin, Jama’ah shalat Jum’ah rahimakumullah.
Di akhir khutbah ini marilah kita renungkan, apa yang telah kita lakukan untuk membuktikan keimanan kita selama ini? Ujian dan cobaan apa saja yang telah kita alami dalam rangka mempertahankan iman kita? Apa yang telah kita korbankan untuk memperjuangkan aqidah dan iman kita? Sebaliknya, bila kita memperhatikan perjuangan Rasulullah SAW, Nabi Ibrahim AS, Nabi Isma’il AS dan umat Islam terdahulu lainnya, betapa mereka rela mengorbankan harta, tenaga, pikiran, bahkan nyawa sekalipun demi untuk mempertahankan iman dalam dada. Rasanya iman kita ini belum seberapa bila dibandingkan dengan iman mereka. Apakah kita tidak malu meminta balasan yang besar dari Allah SWT. sementara pengorbanan kita hanya seberapa atau jangan-jangan sedikit pun belum ada?

أعوذ بالله من الشيطان الرجيم ، أم حسبتُمْ أن تدخلوا الجنةَ ولماّ يأتكم مثل الذين خَلَوْا من قبلكم، مسّتْهُمُ البأساءُ والضرّاء وزُلْزلوا حتى يقولَ الرسولُ والذين ءامنوا معه متى نصرُ الله، ألآ إنّ نصرَ اللهِ قريب.
بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم، ونفعني وإياكم بالأيات والذكر الحكيم وتقبل مني ومنكم تلاوته انه هو السميع العليم وقل رب اغفر وارحم وانت خير الراحمين.








Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْ لاَ أَنْ هَدَانَا اللهُ. أَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ؛ فَيَا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ، اِتَّقُوا اللهَ تَعَالَى حَقَّ تُقَاتِهِ، وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ وَمَلاَئَكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، فقال تعالى: إن الله وملائكته يصلون على النبي ياأيها الذين امنوا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِيْنَ أَجْمَعِيْنَ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنَ الْخَيْرِ كُلِّهِ مَا عَلِمْنَا مِنْهُ وَمَا لَمْ نَعْلَمْ، وَنَعُوْذُ بِكَ مِنَ الشَّرِّ كُلِّهِ مَا عَلِمْنَا مِنْهُ وَمَا لَمْ نَعْلَمْ. اَللَّهُمَّ أَعْتِقْ رِقَابَنَا مِنَ النَّارِ وَأَوْسِعْ لَنَا مِنَ الرِّزْقِ فِي الْحَلاَلِ، وَاصْرِفْ عَنَّا فَسَقَةَ الْجِنِّ وَاْلإِنْسِ يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ يَا ذَا الْجَلاَلِ وَاْلإِكْرَامِ. اَللَّهُمَ أَصْلِحْ أَحْوَالَ الْمُسْلِمِيْنَ وَأَرْخِصْ أَسْعَارَهُمْ وَآمِنْهُمْ فِيْ أَوْطَانِهِمْ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.

Serial Khutbah jum'at: Pentingnya Gaya Hidup Islam

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَىسيِّدِنَا مُحَمَّدٍ عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ، اَلنَّبِيِّ اْلأُمِّيِّ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ. فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوا اللهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ، وَاتَّقُوا اللهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.

Hadirin jamaah Jum’at rahimakumullah.
Marilah kita senantiasa berupaya dengan sungguh-sungguh untuk selalu meningkatkan kualitas ketakwaan dan keimanan kepada Allah SWT.
Akhir-akhir ini sungguh sangat terasa sekali bahwa ternyata gaya hidup dan perilaku umat Islam sudah banyak yang terjangkiti dan mengikuti pada perilaku dan budaya Barat. Salah satunya yang paling mencolok adalah dalam hal tata cara berpakaian.
Mungkin saja sebagian kita tidak setuju pada anggapan ini, karena dalam segi dzohir saat ini justru wanita-wanita muslimah kita telah banyak yang berbusana muslimah. Kita memang boleh bersenang hati bila melihat berbagai mode busana Muslimah makin berkembang dan kian digemari oleh keluarga kita. Hanya saja masih sering kita jumpai ternyata busana-busana muslimah itu sama sekali tidak memenuhi standar seperti yang dikehendaki oleh syari’at Islam. Busana-busana itu masih mengikuti mode memamerkan aurat sebagai ciri pakaian jahiliyah.
Bahkan yang lebih memprihatinkan lagi adalah busana wanita kita pada umumnya, yang mayoritas beragama Islam ini, nyaris tidak kita jumpai mode pakaian yang tidak memamerkan aurat. Kalau tidak mempertontonkan aurat karena terbuka, maka memamerkan aurot dengan menonjolkan keketatan pakaian. Malah ada yang lengkap dengan dua bentuk itu: mempertontonkan dan menonjolkan aurat.

Hadirin jamaah Jum’at rahimakumullah.
Kita sebagai orang tua tentu harus selalu waspada, jangan sampai keluarga kita juga ada yang terjangkiti pengaruh Barat yang bejat ini. Marilah kita merasa takut pada ancaman akhirat dalam masalah ini. Tentu kita tidak ingin bila keluarga kita ada yang disiksa di Neraka. Ingatlah, Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam pernah bersabda:

صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا؛ قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُوْنَ بِهَا النَّاسَ، وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيْلاَتٌ مَائِلاَتٌ رُؤُوْسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لاَ يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلاَ يَجِدْنَ رِيْحَهَا، وَإِنَّ رِيْحَهَا لَتُوْجَدُ مِنْ مَسِيْرَةِ كَذَا وَكَذَا. (رواه مسلم عن أبي هريرة).

“Dua golongan ahli Neraka yang aku belum melihat mereka (di masaku ini) yaitu suatu kaum yang membawa cambuk seperti ekor sapi, mereka memukuli manusia dengan cambuk itu. (Yang kedua ialah) kaum wanita yang berpakaian (tapi kenyataan-nya) telanjang (karena mengekspose aurat), jalannya berlenggak-lenggok (berpenampilan menggoda), kepala mereka seolah-olah punuk unta yang bergoyang. Mereka itu tak akan masuk Surga bahkan tak akan mendapatkan baunya, padahal baunya Surga itu tercium dari jarak sedemikian jauh”. (HR. Muslim, dari Abu Hurairah).

Hadirin jamaah Jum’at yang dimuliakan Allah.
Setiap umat Islam baik laki-laki maupun wanita wajib hukumnya memilih dan berkomitmen terhadap gaya hidup Islami dalam menjalani hidup dan kehidupannya. Hal ini sejalan dengan firman Allah Subhanahu Wata’ala:

قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ
“Katakanlah: ‘Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik’”. (QS. Yusuf: 108).
Berdasarkan ayat tersebut jelaslah bahwa bergaya hidup Islami hukumnya wajib atas setiap Muslim. Sebaliknya, gaya hidup jahili adalah haram baginya. Hanya saja dalam kenyataan sekarang ini justru membuat kita sangat sedih, sebab justru gaya hidup jahili (yang diharamkan) itulah yang melingkupi sebagian besar umat Islam. Fenomena ini persis seperti yang pernah disinyalir oleh Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam.

لاَ تَقُوْمُ السَّاعَةُ حَتَّى تَأْخُذَ أُمَّتِيْ بِأَخْذِ الْقُرُوْنِ قَبْلَهَا شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ. فَقِيْلَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، كَفَارِسَ وَالرُّوْمِ. فَقَالَ: وَمَنِ النَّاسُ إِلاَّ أُولَـئِكَ. (رواه البخاري عن أبي هريرة).

“Tidak akan terjadi kiamat sebelum umatku mengikuti jejak umat beberapa abad sebelumnya, sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta”. Ada orang yang bertanya, “Ya Rasulullah, mengikuti orang Persia dan Romawi?” Jawab Beliau, “Siapa lagi kalau bukan mereka?” (HR. Al-Bukhari dari Abu Hurairah).
Dalam hadits lainnya, Beliau bersabda:

لَتَتَّبِعَنَّ سَنَنَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوْا جُحْرَ ضَبٍّ تَبِعْتُمُوْهُمْ. قُلْنَا: يَا رَسُوْلَ اللهِ، اَلْيَهُوْدُ وَالنَّصَارَى. قَالَ: فَمَنْ. (رواه البخاري عن أبي سعيد الخدري).
“Sesungguhnya kamu akan mengikuti jejak orang-orang yang sebelum kamu, sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta, bahkan kalau mereka masuk ke lubang biawak, niscaya kamu mengikuti mereka”. Kami bertanya,”Ya Rasulullah, orang Yahudi dan Nasrani?” Jawab Nabi, “Siapa lagi?” (HR. Al-Bukhari dari Abu Sa’id Al-Khudri).

Hadirin jamaah Jum’at rahimakumullah.
Dua Hadits di atas menggambarkan suatu zaman di mana sebagian besar umat Islam telah kehilangan kepribadian Islamnya karena jiwa mereka telah terisi oleh jenis kepribadian yang lain. Mereka kehilangan gaya hidup yang hakiki karena telah mengadopsi gaya hidup jenis lain. Kiranya tak ada kehilangan yang patut ditangisi selain dari kehilangan kepribadian dan gaya hidup Islami. Sebab apalah artinya mengaku sebagai orang Islam kalau ternyata gaya hidup tak lagi Islami, malah persis seperti orang kafir? Inilah bencana kepribadian yang paling besar.

Hadirin jamaah Jum’at rahimakumullah.
Sekali lagi, sebagai orang tua kita berkewajiban untuk terus mengawal keluarga kita untuk selalu mempertahankan gaya hidup Islami. Kita harus waspada jangan sampai ada satu pun di antara keluarga kita yang terjerumus mengikuti gaya hidup jahili. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman:

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api Neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”. (QS. At-Tahrim: 6).

أعوذ بالله من الشيطان الرجيم، قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ. بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم، ونفعني وإياكم بالأيات والذكر الحكيم وتقبل مني ومنكم تلاوته انه هو السميع العليم وقل رب اغفر وارحم وانت خير الراحمين.