Kiai kharismatis pengasuh Pondok Pesantren Asrama Perguruan Islam (API) Tegalrejo, Kabupaten Magelang, KH Abdurahman Chudlori meninggal dunia, kemarin. Kiai yang akrab disapa Mbah Dur ini meninggal di usia menjelang 68 tahun karena sakit. Almarhum menderita penyakit kanker paru-paru dan sejak 1 November 2010 lalu harus keluar masuk rumah sakit. Mantan Ketua Dewan Syuro PKNU ini meninggal di Rumah Sakit (RS) Lestari Raharja Magelang pukul 12.45, kemarin.
“Bahkan sebelum tutup usia, dia sempat koma sejak Jumat (21/1),” kata KH Muhammad Sholihun, pengasuh Ponpes Nurul Hasan, Geger, Girirejo, Tegalrejo, yang masih terhitung kakak dari almarhum, kemarin malam.
Ribuan orang berdatangan hendak memberikan penghormatan terakhir. Secara bergantian mereka menyalatkan jenazah di ruang tengah kediaman almarhum. Tercatat lebih dari 170 gelombang mereka menyalatkannya. Isak tangis dan keharuan meledak saat para pelayat membacakan doa.
Kiai berkharisma berasal dari Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, yang juga tokoh Partai Kebangkitan Nasional Ulama (PKNU) ini rencananya akan dimakamkan pada Selasa (25/1) pukul 11.00 WIB di makam keluarga di kompleks Ponpes API Tegalrejo. Sebelum bergabung ke PKNU, Mbah Dur sempat duduk sebagai anggota Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama.
“NU sangat kehilangan salah satu ulama terbaiknya,” ungkap Pengasuh Ponpes Raudlatut Thullab, Wonosari, Tempuran, KH Said Asrori, yang juga Pengurus PWNU Jateng.
Sebelum dirawat di RS Lestari Raharja, almarhum sempat tidak bisa tidur selama lima hari lima malam. Hal ini membuat kesehatannya menurun drastis dan dibawa ke rumah sakit. “Satu hari menjalani perawatan, dia kemudian dibawa ke Salatiga agar bisa ditangani Dokter Haryoko secara intensif. Dirawat di Salatiga selama seminggu, kesehatannya membaik. Sudah bisa berkomunikasi dan lenggah,” tutur pria yang saat ini menjabat Ketua Dewan Syuro DPC PKB Kabupaten Magelang.
Tidak sampai satu bulan kemudian, kondisi kesehatan pria yang akrab disapa Mbah Dur ini kembali memburuk. Dia kemudian dibawa ke RS Lestari Raharja kembali sebelum akhirnya dirujuk ke RS Tlogorejo Semarang. Dirawat satu minggu di sana, kondisinya membaik. “Sebelum dibawa ke Tlogorejo, HB-nya di angka 10 sekian. Tapi setelah dirawat di sana seminggu, sudah bisa mencapai 11 sekian,” ungkapnya.
Tapi 16 Januari lalu, kondisi kesehatannya kembali turun. “Bahkan pada tanggal 15 Januari, saat masih di rumah, dia lama sekali baru paham kalau saya yang datang. Padahal kita sudah salaman. Setelah tahu yang datang saya, dia seperti mengucapkan matur nuwun kang. Karena saat itu, dia sudah sulit sekali berkomunikasi. Keesokan harinya dibawa ke Lestari Raharja lagi dan meninggal dunia,” paparnya.
Almarhum adalah putra pertama dari istri pertama KH Chudlori, yang merupakan pendiri Ponpes API. Mbah Dur dikarunia enam anak dari dua istri. Dari istri pertama, Mutfaizah, yang telah meninggal dunia, beliau dikarunia empat orang anak. Yakni Nasrul Arif, Izzudin, Khuni Saadati dan Ida. “Istri pertama meninggal dunia, baru dia beristri lagi dengan Faizah. Dengan yang ini, dikarunai dua anak perempuan, Linatun Nafisah dan Ovi,” jelas Mbah Solikhun. (dem)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar