Sabtu, 29 Januari 2011

NU Tuban Dipolitisasi

kotatuban.com- Pengasuh Pondok Pesantren Ash-Shomadiyah, Makam Agung, Tuban, Ust. Reza Sihabuddin Habbibie—atau akrab dipanggil ‘Gus Reza’, berpesan agar Nahdlatul ‘Ulama’ (NU) jangan dipolitisasi.

Menurutnya, saat ini elit-elit NU telah menyalah fungsikan NU sebagai kendaraan politik, padahal ormas Islam terbesar di Indonesia ini telah menyatakan diri kembali ke Khitah 1926, yakni sebagai organisasi sosial kemasyarakat, bukan sebagai organisasi politik. “ Memang tidak ada larangan warga Nahdliyin terjun dalam politik praktis. Tapi jangan bawa serta NU,” tegasnya saat diwawancara kotatuban.com, Senin (24/1).

Besarnya jumlah warga NU, kata Gus Reza, memang memberi peluang ormas ini dipolitisasi. Namun jika elit-elit NU memiliki komitmen terhadap AD/ART, seberapapun besar peluang tersebut tidak akan mempengaruhi posisi NU sebagai organisasi Jam’iyah Diniyah Islamiyah atau ormas ke-Islaman yang bertujuan memajukan kehidupan ummat, terutama di bidang sosial-keagamaan.

Yang terjadi justru sebaliknya. Elit-elit NU dengan terang-terangan telah memanfaatkan NU sebagai kekuatan politik. “ Ini sebuah tindakan pengebirian NU. Sebagai ormas non politik, peran NU tidak sebatas mendukung atau memenangkan tokoh atau kelompok tertentu. Kalau sudah demikian, peran NU sebagai kekuatan penekan menjadi sangat sempit,” jelas Reza.

Warga NU, lanjut Gus Reza, secara individual memang tidak dilarang terjun ke kancah politik praktis. Tetapi tidak etis jika melibatkan NU dalam pertarungan politik praktis tersebut, karena itu bisa sangat merugikan NU sendiri.

Lebih lanjut dikatakan, majunya petinggi-petinggi NU ke arena politik praktis tidak seyogyanya berharap, apalagi memaksa, mendapat dukungan sepenuhnya dari warga Nahdliyin. Warga Nahdliyin, kata Reza, dijamin kebebasannya menyalurkan aspirasi politik.

Secara khusus, Gus Reza menyoroti kiprah H. Fathul Huda yang maju sebagai salah satu kandidat Bupati Tuban. Menurut Gus Reza, ada baiknya jika Ketua NU Tuban tersebut tetap memainkan perannya sebagai ulama. “Ulama itu kan milik semua orang, milik ummat secara keseluruhan. Kalau sudah ikut-ikutan dalam perebutan kekuasaan, berarti dia telah membatasi dirinya sendiri,” ujar Reza.

Selain itu, menantu KH Mustofa Bisri ini juga berpesan agar Haeny Relawati,
yang telah menjabat Bupati Tuban selama dua periode, tidak lagi maju sebagai wakil Bupati. Reza berpendapat, majunya Haeny bisa menyebabkan pelaksanaan Pemilukada Tuban 2011 terganggu. (sudra)
dikutip dari tuban.com

Tidak ada komentar: