Jumat, 17 Desember 2010

Keunikan Muktamar PKNU di Atas Kapal Pesiar

Pelaksanaan Muktamar I Partai Kebangkitan Nasional Ulama ini mendapat predikat Muktamar Unik dari Museum Rekor Indonesia (MURI). Apa saja keunikannya? Apakah efektif acara rapat partai politik di atas kapal laut itu?

SUYANTO, SURABAYA (Surya Online)

Selama sidang Muktamar PKNU berlangsung, sama sekali tidak pernah terdengar dering telepon selular (ponsel). Juga tidak pernah terlihat ada peserta memainkan atau bicara dengan seseorang memakai ponsel. Padahal tidak pernah ada larangan membawa atau membunyikan ponsel.

Suasana ini memang terasa janggal. Maklum sejak era teknologi ponsel berkembang, sudah sulit ditemukan forum yang bisa menghindari dering alat komunikasi itu. Bahkan saat beribadah sekalipun sulit disterilkan dari bunyi ponsel.

“Begini ini untungnya kalau muktamar di kapal, sinyal ponsel tidak ada, sehingga semua peserta konsentrasi rapat.” seloroh Mukhtar Thaohir, Ketua Panitia Muktamar I PKNU.

Sinyal ponsel memang tak selalu bisa didapatkan di atas KMP Lambelu yang sedang berlayar sehari semalam dari Surabaya-Jakarta, dari tanggal 13 - 14 Desember. Praktis sejak tiga jam meninggalkan Tanjung Perak Surabaya, sinyal ponsel diruangan menghilang. Hanya di anjungan yang masih bersahabat dengan sinyal ponsel, meski keadaannya timbul tenggelam, kadang ada kadang tidak. Sinyal baru kembali normal ketika tiga jam menjelang sandar di Pelabuhan Tanjung Priok.

Hilangnya sinyal ini menguntungkan panitia karena peserta lebih serius mengikuti persidangan. Terbukti peserta bersedia diajak sidang maraton. Sidang hanya berhenti untuk memberi waktu bagi peserta melaksanakan salat.

Peserta umumnya memang memilih tidak tidur. Sebagian beralasan harus ngebut rapat, sebagian lagi mengaku susah tidur karena kondisi kapal yang sedikit bergoyang. Apalagi malam itu, ada hujan cukup lebat disertai angin, sehingga goyangan kapal cukup terasa.

Rapat usai subuh ini juga menjadi pemandangan langka. Biasanya rapat-rapat baru akan dimulai pukul 08.00 WIB atau setelah menikmati udara pagi dan sarapan.

Meski rapat dikebut, muktamar sempat terancam tidak tuntas, seandainya agenda pemilihan berlangsung normal. Beruntung tiga agenda pemilihan, berlangsung aklamasi, mulai pemilihan Rois Dewan Mustasyar (KH Abdullah Faqih), Ketua Dewan Syuro (KH Abdul Adhim Suhaimi) dan Ketua Umum DPP PKNU (Choirul Anam).

Choirul Anam, Ketua Umum DPP menyatakan, muktamar tanpa sinyal itu memang diinginkanya. Selain bisa konsentrasi, hilangnya sinyal itu diharapkan bisa menangkal money politics (politik uang)

“Ternyata masih saja bisa kebobolan money politics meski hanya beberapa orang saja,” tutur Anam.

Anam tidak mau mengungkapkan pelaku money politics dalam pemilihan ketua umum DPP tersebut.

Yang jelas, dalam pemilihan itu Anam menang telak. Tidak ada pesaing yang dapat suara signifikan. Hanya Jahril Sungkono yang tembus 35 suara. Itupun tak cukup modal maju ke tahap pemilihan yang minimal didukung 20 persen dari suara sah. Anam pun terpilih secara aklamasi.

Tidak ada komentar: