Selasa, 28 September 2010

Serial Khutbah Jum'at: Ujian Iman

Ujian Iman
اَلْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ؛ فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ، اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
Ma’asyirol muslimin, Jama’ah shalat Jum’ah rahimakumullah.
Pada kesempatan yang berbahagia ini, saya mengajak kaum muslimin, khususnya diri saya pribadi untuk menambah ketaqwaan kita kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala, yaitu dengan memperbanyak amal ibadah kita sebagai bekal untuk menghadap Allah SWT. Serta melaksanakan segala perintah dan meninggalkan segala larangan-Nya.

Ma’asyirol muslimin, Jama’ah shalat Jum’ah rahimakumullah.
Kita sebagai ummat Islam sudah sepatutnya senantiasa bermuhasabah (meneliti) atas diri kita masing-masing. Apakah sebagai orang mukmin kita selama ini telah melakukan ketundukan dan kepatuhan secara total kepada Allah?
Sebagai orang yang telah menyatakan beriman kepada Allah tentu kita harus siap untuk tunduk dan patuh terhadap aturan main yang telah ditentukan oleh Allah SWT. Kita harus selalu siap sedia dan berusaha tabah menerima segala macam ujian dan cobaan yang diberikan oleh Allah SWT. Ujian dan cobaan yang diberikan oleh Allah itu bentuknya bermacam-macam, tapi setidak-tidaknya ada tiga macam bentuk, yaitu:
Pertama: Ujian yang berbentuk perintah untuk dilaksanakan, seperti perintah Allah kepada Nabi Ibrahim AS. untuk menyembelih putranya yang sangat ia cintai. Ini adalah satu perintah yang betul-betul berat dan mungkin tidak masuk akal, bagaimana seorang bapak harus menyembelih anaknya yang sangat dicintai, padahal anaknya itu tidak melakukan kesalahan apapun. Sungguh ini ujian yang sangat berat sehingga Allah sendiri mengatakan:
إن هذا لهو البلاء المبين
Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. (Ash-Shaffat 106).
Di sini kita melihat bagaimana kualitas iman Nabi Ibrahim AS. yang benar-benar tahan uji, sehingga dengan segala ketabahan dan kesabarannya perintah yang sangat berat itu pun dijalankan.
Apa yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim dan puteranya adalah pelajaran yang sangat berharga bagi kita yang harus diteladani, karena sebagaimana kita rasakan dalam kehidupan kita, banyak sekali perintah Allah yang kita anggap berat, tapi dengan berbagai alasan kita berusaha untuk tidak melaksanakannya. Sebagai contoh, Allah telah memerintahkan kepada para wanita Muslimah untuk mengenakan jilbab (pakaian yang menutup seluruh aurat) untuk membedakan antara wanita Muslimah dan wanita musyrikah, namun yang kita lihat sekarang ternyata masih banyak wanita Muslimah yang tidak mau memakai jilbab atau sudah mengenakannya tapi tidak sesuai tatacara syariat. Padahal Rasulullah SAW. memberikan ancaman kepada para wanita yang tidak mau memakai jilbab dalam sabdanya:
صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا؛ قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُوْنَ بِهَا النَّاسَ، وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيْلاَتٌ مَائِلاَتٌ رُؤُوْسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لاَ يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلاَ يَجِدْنَ رِيْحَهَا. (رواه مسلم).
“Dua golongan dari ahli Neraka yang belum aku lihat, satu kaum yang membawa cambuk seperti ekor sapi, yang dengan cambuk itu mereka memukul manusia, dan wanita yang memakai baju tetapi telanjang berlenggak-lenggok menarik perhatian, kepala-kepala mereka seperti punuk unta, mereka tidak akan masuk Surga dan tidak akan mencium wanginya”. (HR. Muslim, Shahih Muslim).
Kedua: Ujian yang berbentuk larangan untuk ditinggalkan seperti halnya yang terjadi pada Nabi Yusuf Alaihissalam yang diuji dengan seorang perempuan cantik, istri seorang pembesar di Mesir yang mengajaknya berzina, dan pada saat kesempatan itu sudah sangat terbuka, ketika keduanya sudah tinggal berdua di rumah dan si perempuan itu telah mengunci seluruh pintu rumahnya. Namun Nabi Yusuf Alaihissalam membuktikan kualitas imannya, ia berhasil meloloskan diri dari godaan perempuan itu, padahal sebagaimana pemuda pada umumnya ia mempunyai syahwat dan hasrat kepada wanita. Ini artinya ia telah lulus dari ujian atas imannya.
Sikap Nabi Yusuf Alaihissalam ini perlu kita teladani, terutama oleh para pemuda Muslim di zaman sekarang. Di saat pintu-pintu kemaksiatan semakin terbuka lebar, pelacuran merebak di mana-mana, minuman keras dan obat-obat terlarang sudah merambah berbagai lapisan masyarakat, maka pada saat seperti inilah mental ala Nabi Yusuf Alaihissalam ini perlu ditanamkan dalam dada para pemuda Muslim. Mereka harus selalu siap siaga menghadapi godaan demi godaan yang akan menjerumuskan dirinya ke jurang kemaksiatan. Rasulullah SAW. sendiri telah menjanjikan kepada siapa saja yang menolak ajakan untuk berbuat maksiat, ia akan diberi perlindungan di hari Kiamat nanti.
Ketiga: Ujian yang berbentuk musibah seperti terkena penyakit, kehilangan harta benda, ditinggalkan orang yang dicintai dan lain sebagainya. Sebagai contoh, Nabi Ayyub AS. yang diuji oleh Allah SWT. dengan penyakit yang diderita selama kurang lebih delapan belas tahun, namun di sini Nabi Ayub AS. membuktikan ketangguhan imannya, tidak sedikitpun ia merasa menderita dan tidak pernah terbetik pada dirinya untuk menanggalkan imannya. Iman seperti ini jelas tidak banyak dimiliki oleh saudara-saudara kita yang tega menjual iman dan menukar aqidahnya dengan imbalan secuil harta benda, karena tidak tahan menghadapi kesulitan hidup yang mungkin tidak seberapa bila dibandingkan dengan apa yang dialami oleh Nabi Ayyub AS. ini.
Ma’asyirol muslimin, Jama’ah shalat Jum’ah rahimakumullah.
Bagaimana mungkin kita mengaku sebagai orang beriman, tapi kita tidak siap diuji oleh Allah SWT. Hal ini telah disindir oleh Allah SWT. dalam surah Al-‘Ankabut ayat 2 dan 3:
أحَسِبَ النَّاسُ أن يُترَكَوا أن يقولوا ءامنّا وهم لايفتنون، ولقد فتنّا الذين من قبلهم فليعلمنّ الله الذين صدقوا وليعلمنّ الكاذبين،
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.
Ayat ini menjelaskan kepada kita bahwa salah satu akibat dari pernyataan iman kita, adalah kita harus siap menghadapi ujian yang diberikan oleh Allah SWT. kepada kita sebagai bukti sejauh mana kebenaran dan kesungguhan kita dalam menyatakan iman. Apakah iman kita itu betul-betul bersumber dari keyakinan dan kemantapan hati, atau sekadar ikut-ikutan yang tidak tahu arah dan tujuannya? Dalam ayat lain dijelaskan:
أم حسبتُمْ أن تدخلوا الجنةَ ولماّ يأتكم مثل الذين خَلَوْا من قبلكم، مسّتْهُمُ البأساءُ والضرّاء وزُلْزلوا حتى يقولَ الرسولُ والذين ءامنوا معه متى نصرُ الله، ألآ إنّ نصرَ اللهِ قريب.
Apakah kalian mengira akan masuk Surga sedangkan belum datang kepada kalian (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kalian? Mereka ditimpa malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Kapankah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat”. (Al-Baqarah 214).
Rasulullah SAW. juga telah mengisahkan betapa beratnya perjuangan orang-orang dulu dalam perjuangan mereka mempertahankan iman, sebagaimana dituturkan kepada shahabat Khabbab Ibnul Arats Radhiallaahu anhu.

لَقَدْ كَانَ مَنْ قَبْلَكُمْ لَيُمْشَطُ بِمِشَاطِ الْحَدِيْدِ مَا دُوْنَ عِظَامِهِ مِنْ لَحْمٍ أَوْ عَصَبٍ مَا يَصْرِفُهُ ذَلِكَ عَنْ دِيْنِهِ وَيُوْضَعُ الْمِنْشَارُ عَلَى مِفْرَقِ رَأْسِهِ فَيَشُقُّ بِاثْنَيْنِ مَا يَصْرِفُهُ ذَلِكَ عَنْ دِيْنِهِ. (رواه البخاري).
... Sungguh telah terjadi kepada orang-orang sebelum kalian, ada yang disisir dengan sisir besi (sehingga) terkelupas daging dari tulang-tulangnya, akan tetapi itu tidak memalingkannya dari agamanya, dan ada pula yang diletakkan di atas kepalanya gergaji sampai terbelah dua, namun itu tidak memalingkannya dari agamanya... (HR. Al-Bukhari, Shahih Al-Bukhari dengan Fathul Bari, cet. Dar Ar-Royyan, Juz 7 hal. 202).

Ma’asyirol muslimin, Jama’ah shalat Jum’ah rahimakumullah.
Di akhir khutbah ini marilah kita renungkan, apa yang telah kita lakukan untuk membuktikan keimanan kita selama ini? Ujian dan cobaan apa saja yang telah kita alami dalam rangka mempertahankan iman kita? Apa yang telah kita korbankan untuk memperjuangkan aqidah dan iman kita? Sebaliknya, bila kita memperhatikan perjuangan Rasulullah SAW, Nabi Ibrahim AS, Nabi Isma’il AS dan umat Islam terdahulu lainnya, betapa mereka rela mengorbankan harta, tenaga, pikiran, bahkan nyawa sekalipun demi untuk mempertahankan iman dalam dada. Rasanya iman kita ini belum seberapa bila dibandingkan dengan iman mereka. Apakah kita tidak malu meminta balasan yang besar dari Allah SWT. sementara pengorbanan kita hanya seberapa atau jangan-jangan sedikit pun belum ada?

أعوذ بالله من الشيطان الرجيم ، أم حسبتُمْ أن تدخلوا الجنةَ ولماّ يأتكم مثل الذين خَلَوْا من قبلكم، مسّتْهُمُ البأساءُ والضرّاء وزُلْزلوا حتى يقولَ الرسولُ والذين ءامنوا معه متى نصرُ الله، ألآ إنّ نصرَ اللهِ قريب.
بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم، ونفعني وإياكم بالأيات والذكر الحكيم وتقبل مني ومنكم تلاوته انه هو السميع العليم وقل رب اغفر وارحم وانت خير الراحمين.








Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْ لاَ أَنْ هَدَانَا اللهُ. أَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ؛ فَيَا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ، اِتَّقُوا اللهَ تَعَالَى حَقَّ تُقَاتِهِ، وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ وَمَلاَئَكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، فقال تعالى: إن الله وملائكته يصلون على النبي ياأيها الذين امنوا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِيْنَ أَجْمَعِيْنَ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنَ الْخَيْرِ كُلِّهِ مَا عَلِمْنَا مِنْهُ وَمَا لَمْ نَعْلَمْ، وَنَعُوْذُ بِكَ مِنَ الشَّرِّ كُلِّهِ مَا عَلِمْنَا مِنْهُ وَمَا لَمْ نَعْلَمْ. اَللَّهُمَّ أَعْتِقْ رِقَابَنَا مِنَ النَّارِ وَأَوْسِعْ لَنَا مِنَ الرِّزْقِ فِي الْحَلاَلِ، وَاصْرِفْ عَنَّا فَسَقَةَ الْجِنِّ وَاْلإِنْسِ يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ يَا ذَا الْجَلاَلِ وَاْلإِكْرَامِ. اَللَّهُمَ أَصْلِحْ أَحْوَالَ الْمُسْلِمِيْنَ وَأَرْخِصْ أَسْعَارَهُمْ وَآمِنْهُمْ فِيْ أَوْطَانِهِمْ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.

Tidak ada komentar: