Sabtu, 14 Agustus 2010

Anggaplah Ramadlan Ini yang Terakhir

Hari ini kita masih bisa bertemu dengan bulan Ramadlan. Ini adalah anugrah besardari Allah SWT yang harus disyukuri, lebih-lebih kita dapat mengisi bulan suciini dengan serangkaian ibadah, mulai dari puasa, tarawih, tadarrus, shodaqohdan lain sebagainya.

Manusia dalam menyikapi datangnya bulan Ramadlan sepertiyang terjadi sekarang ini setidak-tidaknya ada tiga kelompok besar. Pertama,bagi manusia yang tidak mempunyai sinar ketauhidan dalam hatinya, bulanRamadlan seperti yang terjadi sekarang ini tak ada bedanya dengan bulan-bulanlainnya, sehingga mereka bebas melakukan apa saja, meskipun berupa sesuatu yangbertentangan dengan syari'at Islam sekalipun.

Kedua,manusia yang tidak mengetahui keistimewaan dankeunggulan bulan Ramadlan. Mereka melakukan ibadah puasa semata-mata karenaikut-ikutan orang lain atau formalitas belaka (bukan atas dorongan iman danmencari pahala dari Allah). Tetangganya atau teman kantornya sama puasa, makadia juga berpuasa. Mereka tidak berusaha menyempurnakan ibadah puasa di bulansuci ini dengan rangkaian ibadah-ibadah lainnya, tetapi sebaliknya kerapkalimereka mengisinya justru dengan perbuatan-perbutan yang tercela dan tidakberguna. Barangkali inilah yang disabdakan oleh Rasulullah SAW: "Banyakorang berpuasa akan tetapi tidak mendapat bagian pahala melainkan hanyalah rasalapar dan dahaga, serta banyak pula orang yang bangun malam akan tetapi tidakmendapat bagian pahala kecuali hanyalah kelelahan dan keletihan". (H.R.Ibnu Majah dari Abi Hurairah)

Ketiga, kelompok manusia yang berperpenampilan dan berperilaku ala"Ramadlan" tapi terbatas pada sisi lahiriyah semata, bukan sekaligus dalambitiniyahnya. Fenomena ini dapat dengan jelas kita lihat misalnya terkait menuacara televisi yang setiap hari jadi tontonan keluarga kita. Para artis yangditampilkan bermain peran sebagai kiai, ustadz atau ustadzah, dari segipenampilan dan pembicaraan mereka seakan-akan patut dijadikan sebagai teladan.Namun ketika mereka sudah keluar dari peran itu, semuanya kembali sepertiasalnya, dan bahkan berperilaku dan berpenampilan kontra "Ramadlan".

Keempat, manusia yang mengetahui betul keagungan dankeistimewaan bulan Ramadlan dan mereka menyadari adanya keterbatasan kesempatandan umur seseorang, oleh karenanya walaupun bulan Ramadlan pasti datang setiaptahun, tapi mereka benar-benar menyambut dan menganggap bulan Ramadlan iniadalah yang terakhir, sehingga mereka menjalankan ibadah puasa dengan penuhkeimanan dan menyempurnakannya dengan rangkaian ibadah-ibadah lainnya. Merekasangat khawatir akan berpisah dengan bulan mulia ini, dan jika memangperpisahan itu datang mereka menangis sebagaimana menangisnya bumi, langit danpara malaikat.

Sebuah Hadits menerangkan hal ini, "Ketika tiba akhirmalam Ramadlan, langit, bumi dan malaikat menangis karena adanya musibah yangmenimpa umat Nabi Muhammad. (Sahabat) bertanya, "Musibahapakah wahai Rasulullah?" Nabi menjawab, "Berpisah dengan bulan Ramadlan, sebabpada bulan ini doa dikabulkan dan shadaqah diterima."

Semoga kita dapat mengoptimalkan perjumpaan dengan bulanRamadlan tahun ini dengan serangkaian amal kebaikan mulai dari yang wajib maupunyang sunnah secara ikhlas, sehingga patutlah kita keluar dari bulan inimenyebut diri sebagai pemenang, bukan pecundang.



Tidak ada komentar: